Ketika Gumaman yang Menjadi Kenyataan

Mungkin suka dengar nih pembaca blog fennibungsu.com tentang curcolan, “Tahun baru, maka punya pekerjaan baru atau pacar baru, atau rumah abru, atau apa saja pokoknya serba baru”.

Mengapa Gumaman menjadi Kenyataan

Kalau itu sih mungkin wajar aja ya. Lah, kalau urusannya sama tahun ajaran baru apa kaitannya coba dengan pekerjaan baru? Yang sekolah siapa, yang dapat urusan mengubah jadi serba baru siapa, hehehe. 

Ya, namanya juga curcolan dari para yang curcol. 

Kalau saya mah, he em saja, tanpa memberikan komentar. Soalnya bukan lagi blogwalking yang tersedia kolom komentar, wkwkwkwk.

Baiklah kita tinggalkan soal tahun ajaran baru buat mereka yang sedang bersekolah, di mana dengar-dengar nih katanya bakalan mau ada UN lagi alias si Ujian Nasional, entah bakalan akan disebut apa yang bisa ditelaah dari balik ke masa lalu tahun 1950-an atau 80-an, 90-an atau era milenium yang bermacam-macam sebutannya.

Minuman Dingin yang Menyegarkan

Nah, kita ngobrolin tentang gumaman aja nih. 

Pernah gak sih, pembaca blog fennibungsu.com bergumam sesuatu eh ternyata malah jadi kenyataan?

Mengapa bergumam bisa jadi kenyataan?ilustrasi dari freepik

Saya? Pernah. 

Paling enak itu ketika bergumam soal makanan. Sebab, tak dinyana hanya berselang beberapa waktu, eh beneran ada makanan di depan mata, hihi. 


Waktu itu saya pas dalam perjalanan pulang kerja, terasa dahaga. Inginnya minum air dingin. Cuma karena lagi di transportasi umum (transum) kan bisa main ke luar begitu saja kecuali udah sampai stasiun/halte/bus stop tujuan. 


Jadilah cuma bergumam aja, “enak banget kali ya minum air dingin pas nyampe rumah,”

Nggak tahunya, kakak saya datang nih ke rumah. Beliau ternyata beli es kelapa yang dingin dan enak. Alhamdulillah banget rasanya, saya sampai rumah langsung menikmati hidangan yang diimpikan. 

Jadi Teller yang Bikin Teler

Lain lagi halnya, tentang sesuatu yang namanya duit. Iya, uang bahasa bakunya, hehe. Waktu saya kecil, kerap main bareng keluarga, namanya main monopoli. Pasti tahu deh kamu yak.

Dalam permainan monopoli, si pemain harus membeli tempat-tempat yang tersedia bisa nama negara atau provinsi, tergantung belinya cetakan yang seperti apa, hihi. 

Nah, pas main monopoli kala itu karena saya paling kecil, jadilah gak kebagian main. Bukan jadi pemain cadangan layaknya di sepakbola yak, tapi diminta untuk pegang duit alias sebagai petugas bank-nya. 

Bergumam menjadi teller bank
ilustrasi suasana di bank (dok. freepik)

Sontak saja, saya demen banget, terlebih pas bagian memegang uang. Soalnya warna-warni, meski saya tahu itu uang mainan, nggak bisa buat beli batagor, hehe. 

Ketika permainan monopoli berlangsung, yang saya ingat sampai sekarang adalah saya apik menata uangnya, cepat ketika urusan tang-itung saat ada yang membeli hipotik atau ada yang harus kena hutang. Dari situ, ngayal deh, enak ya jadi petugas yang kerjaannya megang uang. 

Nah, mashaAllah, kejadian dengan nyata, saya jadi teller beneran di sebuah bank yang urusannya terkait dana pensiun. Kalau ingat dengan momen ini, saya suka tertawa, soalnya “kok bisa kejadian beneran, hehe.”

Namanya jadi teller, uangnya ya uang beneran. Cuma ya tetep, nggak bisa buat beli donat. Secara itu bukan uang saya. Itu uang cash box yang disimpan di brankas bank, hahaha. 

Meski nggak lama kerjanya (karena alih-alih bukan passion, uhuuk), saya happy menjalaninya sebagai teller. Pernah mengalami uang kelebihan dan uang minus, huhu. 

Namun, kalau pas mau lebaran, ini happy luar biasa. Ya iya dong, kan saya duluan yang bisa tukar uang kecil pecahan 5000 dan 2000. Kalau yang lain kan, kudu persetujuan saya dulu, beeeuuh, sombong hihi. 

Baca Juga: Ini yang Dimaksud dengan Tenggo

Jadi Blogger Apakah karena Gumaman Juga?

Lalu sekarang, ketika menjadi blogger apakah karena gumaman juga?

Setelah saya ingat-ingat, bukan ke blogger-nya ya, tapi ke arah membuat tulisan alias sebagai penulis (biar keren bahasa Inggris-nya writer). 

Dari kegiatan menulis tak disangka Alhamdulillah, jembatan penghubungnya ini banyak bisa ke arah menjadi blogger, penulis buku sampai menerbitkan novel, maupun sebagai pengajar. 

cerita pendek namaku anisa

Lewat gumaman, jadi ide untuk lomba menulis cerita pendek yang bertemakan “Anisa” pada tahun 2014, dan tak disangka menjadi salah satu kontributor, dengan cerpen saya berjudul: Gumaman Anisa.

Kalau dipikir-pikir, bergumam jangan sekadar layaknya menggerutu, apalagi hanya mengeluarkan kata-kata negatif. Bisa dialihkan menjadi kata positif, karena kitanya tidak tahu, dari gumaman itu bisa menjadi pengantar doa dan kembali lagi kepada yang menggumamkan hal tersebut. 

Pastinya banyak cerita tentang gumaman, yang bila dibahas bakal nggak ada habisnya. Kalau pembaca blog fennibungsu.com, pernah bergumam tentang apa yang menjadi kenyataan? 

Lebih lamaTerbaru

17 komentar

Yuk, komen terbaikmu. Jangan menyisipkan link ya, karena akan daku hapus dan tidak berkunjung balik
  1. Gumaman terkadang jadi doa juga ya mbak, jadi sebisa mungkin yang baik-baik dan positif supaya bisa di-Aaminikan.
    Aku dulu pernah bergumam duh waktu jaman masih kuliah enak banget kalau rumahnya di sini dekat kemana-aman eh gak tau nya bertahun-tahun kemudian kesampaian rumahnya di situ.
    Keren mbak Fenny gumamannya jadi cerpen nih

    BalasHapus
  2. cerita ini bikin aku mikir—seringkali kita menggumam sesuatu di hati, anggap kecil, eh tiba-tiba jadi kenyataan.

    Banyak orang bilang, "hati-hati sama ucapan, karena itu bisa jadi doa." Nah, gumaman—meskipun lirih, bahkan nyaris tak terdengar—itu seringkali keluar dari emosi yang paling jujur dan dalam. Dan seperti kata banyak orang bijak:

    “Yang keluar dari hati, akan sampai ke langit.”

    Mungkin karena gumaman itu tidak dibuat-buat, tanpa pretensi, jadi semesta atau Tuhan “mendengarnya” lebih jelas.

    Setiap kata punya energi. Apalagi kalau kata itu dilontarkan saat kita sedang benar-benar emosional—lagi marah, takut, berharap, atau cinta. Energi itulah yang kemudian bergerak, menarik, dan mengalir ke semesta. Makanya, gumaman bisa jadi “benih tak terlihat” dari sesuatu yang akhirnya tumbuh.

    BalasHapus
  3. Saya bukan cuma bergumam mbak, tapi kadang njerit, pengen kaya Elon Musk, atau Warren Buffet tapi belom kesampaian. Ini kaya LOA ga sih, hehehe. Thanks sharingnya Mbak Fenni.

    BalasHapus
  4. Gumaman aku lebih di dalam hati sih, jadi ngebatin gitu. Kayak perasaan engga enak aja sebelum kejadian. Tapi seringnya aku abaikan euy, engga diturutin. Padahal itu udah pertanda sebelumnya...
    Aku sering dimarahin anak sih, misal cerita soal ngebatin ini-itu. "Ibu, jangan ngebatin, nanti kejadian..."
    Haha...

    BalasHapus
  5. mungkin setiap dari kita pernah kali ya mbak, cuma nyebut atau mengatakan sesuatu (yang disebut gumaman) malah jadi kenyataan. Dan beda banget ya mbak ? dulu pernah jadi teller, sekarang blogger yang diurus juga beda. Pasti, lebih santuy blogger dong, karena nggak ada minus atau lebih dalam hitung perduitan 🤭

    BalasHapus
  6. Wah ternyata Mbak Fenni pernah jadi teller...dan kini beralih jadi blogger, apapun, tetap semangat ya!
    Kalau aku nyebutnya 'mbatin' alias ngucap dalam hati bahkan sudah mau terniat tapi enggak jadi, eh malah kenyataan dong.
    Baru banget kemarin, sore-sore mbatin serabi Solo, lanjut cek di aplikasi, tapi enggak jadi pesan karena mikirnya siapa yang bantu makan, secara suami dan si bungsu tipe pemakan jajan asin bukan penyuka jajanan manis kayak diriku. Eh, malamnya suami pulang bawa sekotak serabi Solo, dia ada acara terus dibawain itu pulangnya. Ya Salam, sampai aku speechless, kok bisa lho jadi nyata....Alhamdulillah makan serabi dah

    BalasHapus
  7. pernah nih saya, kayanya enak ya jadi blogger sambil produksi kue
    Jadi pagi hari bikin kue untuk disetor ke toko
    Malamnya nulis untuk blog
    Eh kejadian, dan ternyata ngelakoninya gak mudah

    BalasHapus
  8. Terkadang gumaman (mbatin) tuh jadi catatan malaikat. Ibu saya pernah ngomong gitu. Jadi beliau selalu mengingatkan untuk mengucap dan membatin yang baik-baik aja biar jika semua menjadi nyata, maka yang baiklah yang akan terjadi. Dan itu pernah tak buktikan sendiri.

    BalasHapus
  9. Saya pernah bergumam sampe tembus ke hati, alhamdulillah ada beberapa yang terjawab dan terwujud. Rasanya sangat bersyukur. Jadi selalu ingat pesan orangtua, biasakan mulutmu diisi dengan dzikir dan doa serta ucapan yang baik, seperti yang Rasulullah contohkan, pada akhirnya kita yang akan merasakan rejeki dari arah yang gak disangka-sangka tersebut apalagi ditambah rasa yakin serta tawakal padaNya, insyaallah hidup pun terasa tenang

    BalasHapus
  10. Berguman itu kaya doa dan harapan eh tahunya terwujud .itu pasti karena Allah tahu ada hamba yang taat yang membutuhkan sesuatu

    BalasHapus
  11. Ya ampun. Ternyata tellernya tuh tellernya monopoli. Kirain teller bank mana sih yang bisa bikin teler? Hahaha...

    Kadang-kadang, gumaman emang bisa jadi nyata. Kalau kita mau mengumpamakan. Ini tuh kayak kita lagi ngomong ke universe tentang mau kita. Dan universe mendatangkan kemauan itu ke kita. Entah lewat mana.

    BalasHapus
  12. Gumaman ini seperti afirmasi juga kali ya mbak, dan sebuah mungkin bergumam positif agar hasilnya baik.aku tuh lupa pernah bergumam apa ya dulu. mungkin ada yg tak sengaja bergumam lalu jadi kenyataan

    BalasHapus
  13. Kadang aku suka mikir juga siih.. cuma ngomong kecil, malah jadi kenyataan.
    MashaAllaa sekalii...
    Jadi selalu berpikir ke arah yang positif, soalnya siapa tahu jadi kenyataan. Percaya banget sama "Omongan jadi kenyataan".

    Kalau di Jawa, katanyaa.. ((mitos)) kalau omongan orang yang lidahnya pecah, itu biasanya suka jadi kenyataan. Hehehe.. ini dari cerita ibukku yang bilang kalau ada sodara yang ngomongnya bertulah.

    BalasHapus
  14. Seharusnya seriiiiing yg begini, tp pas diinget2 kok ya malah ga inget mbaaaa hahahahahha.

    Tp yg berkesan, pas aku lagi istirahat di kantor lama, trus ga tau kenapa keinget Ama temen Deket zaman SMU. Cuma bayangin muka dia, trus kangen aja masa2 dulu. Baru ngebayangin, dan tiba2 hp ku dering, ternyataaa dari dia 🤭😅😅. Kayak speechless. Ga nyangka.. ntah semesta mendukung atau kami memang saling connect 🤣.

    Waah samaa kita mba, ngerasa jadi teller awal2 kerja 🤭. Sebenernya enak juga walaupun dukanya ada. Ngerasain shortage atau surplus, dimarahin nasabah prioritas, dilempar kertas 🤣🤣. Tp itu yg membantuk kita JD LBH kuat 😁

    BalasHapus
  15. Keren Mbak Feennn ... gumaman ini seperti doa kalau diibaratkan. Kadang ya, gumaman sepele bisa jadi nyata seperti ini. Makanya banyak yang bilang, "kata-kata adalah doa yang halus," ternyata benar adanya.

    Ini kita jadi belajar juga, kalau bergumam baiknya ya yang baik-baik saja. Barangkali angin atau bahkan Tuhan tak sengaja lewat dan kasih berkah ke yang bergumam. :D

    BalasHapus
  16. Eh ini tuh nyata lhoo mbak. Dulu aku pernah mampir ke TMII bareng temenku yaa, untuk pertama kalinya tuh aku melipir masuk kesana. Terus aku nyeletuk gitu, "Duh, kayaknya kok enak ya kerja disini.. Ijo-ijo begini lho". Eeeh, sekitar setahun berselang.. beneran aku malah dapet rezeki kerja di Keong Emas, wkwkwk. Gak nyangka lho..

    Definisi dari 'ucapan adalah doa' ya mbak. Makanya kalo aku tuh dalam berbagai hal, sebisa mungkin menjaga ucapan. Jangan sampe keceplosan ucapan negatif, takutnya nanti malah jadi kenyataa. Sereeem

    BalasHapus
  17. Ucapan adalah doa berarti bener ya mbak, meskipun cuma bergumam. Aku kok rasanya belum pernah ngalamin gumam lalu jd kenyataan. Kurang kenceng kali ya gumamnya, jadi gak kedengeran malaikat hehe...

    Btw, tulisannya jadi reminder jg mbak klo kita kudu hati² ngeluarin kata² dari mulut. Sebaiknya ucapkan yg positif atau bagus² supaya kejadian ke diri kita sendiri 😊

    BalasHapus
Mengenai Saya
Fenni Bungsu
Hi, #SemangatCiee jumpa dengan daku Fenni - si Milenial yang suka menulis tentang hal yang bermanfaat. Untuk bekerjasama bisa melalui email ke: fenni(dot)bungsu(at)gmail(dot)com ��Terima kasih��
Cari Blog Ini
BPN
BPN
Logo Komunitas BRT Network
Bplus
Bplus
Bloggerhub
Bloggerhub
KEB
KEB
MBC
MBC
KSB
KSB
Intellifluence
Intellifluence
Evergreen