Antara Adab dan Kebiasaan

Judulnya sesuatu amat nih, tumben Fennibungsu. Biasanya hal-hal kocak yang disampaikan hehe 😄

Soalnya beberapa hari belakangan ini, lagi familiar oleh saya dengan salah satu kata yaitu “Adab”.


Tentang adab dan kebiasaan

Tentunya buat pembaca blog yang selalu #SemangatCiee ini, udah di luar kepala dan paham banget dengan yang namanya adab. 

Kenapa Ngomongin Adab? 

Pasalnya sedang ramai pemberitaan tentang royalti. Hemmm, tetapi ini bukan ke soal royalti sih ya, tetapi terhadap karya cipta. 

Adab bisa dikatakan luas, karena tidak hanya tentang bagaimana berperilaku terhadap seseorang secara tatap muka, kesopanan antara si yang muda terhadap yang lebih tua, tentang bagaimana cara berpakaian, tata krama ketika datang ke rumah orang, maupun adab saat makan dan minum. 

Akan tetapi, adab dalam hal secara online alias tidak bertemu secara langsung pun juga perlu dimiliki. Terlebih bila sudah terjadi komunikasi, maka sudah semestinya adab dilakukan. 

Adab dalam mencantumkan nama sumber
Ilustrasi dok. Freepik


Adab Dalam Pencantuman Sumber pada Sebuah Karya

Perlunya adab dalam mencantumkan karya cipta seseorang, adalah hal yang menurut saya krusial dilakukan. 

Misalnya nih dalam suatu acara biasanya bakalan ada yang ditunjuk untuk jadi panitianya dan salah satunya adalah seksi dokumentasi. 

Nah kebiasaannya juga, yang namanya menggelar acara, bakalan dibagikan deh berbagai foto dokumentasi kegiatan.

Hanya saja, suatu hal yang dianggap biasa, yaitu main pasang fotonya tanpa menyebutkan sumber aslinya alias hanya menyebut nama komunitasnya. 

Padahal, yang jepret fotonya kan si seksi dokumentasi, seharusnya nama si petugas itulah yang menjadi credit title-nya, karena kan dia yang mengabadikan momen. 

Coba aja kita tengok, di media besar seperti: detik.com, liputan6, kompas.com, tribunnews.com ketika ada foto yang dilampirkan, maka nama kameramennya sebagai credit title

Pernah kejadian, saya kesal pada suatu acara, karena usai share foto kegiatan, tetapi bukan nama saya yang menjadi credit title-nya. Padahal di foto tersebut ada watermark nama saya, huhu 🥺

Tata cara mencantumkan nama sumber pada artikel
capture dari blog dibukabox.com

Begitu juga dengan adab pencantuman foto di media sosial ataupun blog. Nah, kalau blog kan gak asik gitu semisal tanpa adanya foto ya. Boleh-boleh saja menambahkan foto, tetapi ya dilihat juga sumber mendapatkannya itu dari mana, lalu cantumkanlah nama sumbernya di situ

Soalnya, bakalan terjadi ketika kita berkunjung alias riset cari info buat lomba atau nulis blog atau apapun di suatu web/blog, lalu bertemu dengan hal yang menarik dan dapat referensi dari situs tersebut. Seharusnya situs yang kita kunjungi itulah yang menjadi credit title-nya. Bukan yang lain. 

Misalnya nih, kamu berkunjung ke blog fennibungsu.com karena sedang ikut lomba menulis. Eh ternyata di blog tersebut, penulisnya juga lagi ikutan lomba yang sama. 

Anehnya, kamu malah main comot foto di blog fennibungsu.com dan credit title-nya malah atas nama penyelenggara lomba tersebut 😥

Seharusnya kan credit title-nya adalah blog fennibungsu.com, karena kan kamu tahu fotonya dari blog itu

👉Disclaimer, ini pernah terjadi. Foto saya ada di 2 blog: yang berarti ada 2 nama penulis berbeda. 

Pada satu blog (sebut saja blog A) si penulisnya mencantumkan lengkap sumbernya yaitu menggunakan link blog saya ( contohnya sudah saya capture gambarnya di atas). 

Sedangkan pada blog yang lain (sebut saja blog B), penulis yang ini sama sekali tidak mencantumkan sumbernya dari mana. 

Kita tidak pernah tahu perjuangan si penulis web/blog itu, seperti apa usaha dia membidik kamera demi mencari angle foto, upaya dia dalam editing gambarnya, lewat wawancara seperti apa yang dia lakukan, dan bagaimana dia mengutak atik gambarnya dengan aplikasi grafis. 

Serta perjuangan lainnya, sehingga yuk lebih tinggikan adab dengan menghargai karya cipta tersebut, khususnya ketika mengambil referensi pada sebuah situs. 

Tambahan Lainnya

Saya pernah mendapatkan informasi (lewat pelatihan menulis) ketika kita mengambil referensi lewat internet, alangkah baiknya ditambahkan pula tanggal berapa mengakses situs tersebut.

Tujuannya, agar dikemudian hari bila ada hal-hal di luar dugaan, kita yang menggunakan referensi tersebut, tidak mengalami kejadian yang tidak nyaman.

Terlihat sepele, atau mungkin malah dianggap receh, tetapi di sinilah akan tampak bagaimana adab dan kebiasaan itu dilakukan. 

Bagaimana Melampirkan Sumber pada Artikel
ilustrasi dari freepik

Penutup

Bila dibilang literasinya kurang, entahlah. 

Lalu bila adabnya yang kurang, juga entahlah. 

Balik lagi ke diri kitanya.

Yuk, hargai sebuah karya dengan adab dan kebiasaan yang baik

Karya yang bertebaran di sekitar kita, bukan berarti serta-merta kita bisa bebas menggunakannya begitu saja (termasuk yang bebas lisensi), karena akan lebih indah bila dicantumkan juga sumbernya, sehingga makin #SemangatCiee untuk berkarya.

32 komentar

Yuk, komen terbaikmu. Jangan menyisipkan link ya, karena akan daku hapus dan tidak berkunjung balik
  1. Ini yang sering terjadi mbak memang di media sosial termasuk di blog. Salah satu teman dalam komunitas itu ada lho yang postingannya (kasus IG) itu mirip banget plek-ketiplek malah sama postingan temenku itu. Meski gayanya beda yang temenku tuh tentang buku dan literasi sementara yang comot tuh tentang motivasi, tapi bayangin kata-katanya itu sama pooll tanpa edit termasuk cover backroundnya itu sama.

    Padahal temenku tuh ngerjainnya bareng aku nggak pakai canva, pakai adobe.
    Dan tahu dong susahnya gimana.. Akhirnya minta di take down dengan berbagai kealotan akhirnya di take down juga sama si comot-nya.

    Sebenarnya bukan masalah harga atau apa ya, credit itu lebih ke menghargai usaha si pembuat karya yang kadang sampai jungkir balik, kayang random demi hasil yang bagus. Dannn, noted banget bahwa adab itu penting. Bukannya di sekolah sendiri sudah diajarkan.. :(

    BalasHapus
  2. Soal Adab memang penting banget untuk jadi kebiasaan. Kemarin waktu ke Solo naik kereta dari Jogja, aku sempat negur anak muda. Dengan santainya naruh tas sedangkan banyak orang yang berdiri. Entah kenapa yang lain pada diam aja. Aku tidak tahan dan menegurnya.

    Soal title, setuju dan perlu saling menghargai karya orang dengan mencatumkan creditnya. Thanks to remindernya ya, termasuk saran memberikan tgl pengambilan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Butuh sebuah keberanian juga yaa, ka.. untuk "menegur" ini..
      Karena biasanya, orang bakalan menganggap kitanya aja yang aneh, gitu aja diurusin. Tapiii kalau anaknya bener maah.. pasti segera diperbaiki siih..

      Hapus
  3. Hahaha aku juga suka gitu
    Kadang menganggap yang keliru kurang adab
    Tetapi memang adab itu masih lebih duluan diharapkan daripada yang tahu segalanya karena yang beradab sudah pasti berilmu tetapi belum tentu yang berilmu punya adab. Makanya saat kecil di mana mana dalam agama Islam adab yang diajarkan duluan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi penting mengutamakan adab dulu yaa..
      Karena pastinya melalui adab ini, biasanya karakter akan terbantuk.

      Hapus
  4. Krusial banget memang terkait hal ini. Aku beberapa kali mendapati hasil jepretan ku di pakai orang tanpa mencantumkan sumber si pemilik. Rasanya tuh gemes banget, secara effort buat dapat satu jepretan ya tau sendirilah.

    Makanya kan sedari kicik kita diajarkan adab terlebih dahulu sebelum ilmu. Supaya adab itu menjadi poin utama. Kalau orang beradab insha Allah berilmu dan bisa dibilang ia bijaksana juga.

    Semoga saja ya semua semakin care & aware terkait credit title. Buat menghargai dan apresiasi karya orang. Toh kalau berkarya secara jujur malah lebih mengesankan juga. Bukan main comot tanpa ada info sumber asli. Makasih sudah ngingetin pentingnya adab meski di dunia online sekalipun apalagi kita selaku blogger. Mesti diingat dan dicatat baik-baik.

    BalasHapus
  5. Pernah nih dulu fotoku, capek2 motret produk, eh seenaknya ada tukang jualan online nyomot.
    malah kadang udah pakai watermark, tapi ada aja aplikasi buat ngilangin watermark itu hiks.
    Yaaa gitulah, masih banyak yang gak paham soal menghargai hasil karya, ujug2 nyuri aja.
    Walaupun di satu sisi emang risiko saat kita posting di internet 99% ada aja yang akan nyomot. Biasanya karena gak tahu atau kurang ajar, gak tahu adab.
    Yg gak tahu ini masih mending, bisa diedukasi, yang suka nyolong ini yang biasanya hobi nyolot.
    Pada akhirnya mari kita jangan niru2 yang suka nyolong dan berbuat sembarangan, kita pakai adab yang baik, baik itu saat berinteraksi di dunia nyata maupun maya ya.

    BalasHapus
  6. Makanya saya sebisa mungkin pakai foto sendiri itu paling nyaman. Kalau misal pakai foto orang lain, memang harus dicantumkan sumbernya.

    BalasHapus
  7. Nah iniiii. Banyak yg lupa, atau pura2 lupa. Mengambil karya orang lain, lalu malah ga cantumin sumber.

    Padahal itu sama saja nyolong istilah kasarnya .

    Ini juga jadi perhatianku mba. Memang sih selama ini selalu pake foto sendiri. Tp terkadang utk mempertegas cerita pernah juga cari foto penunjang di google. Aku harus cek lagi sudah Taro credit title atau belum 😞

    BalasHapus
  8. Adab emang penting banget ya. Soal pencantuman sumber dari foto ini aku lagi berusaha selalu mencantumkan walaupun belum sempurna banget.

    BalasHapus
  9. setujuu mbak, jadi inget waktu aku sekolah dulu bikin karya tulis ilmiah, pasti dihalaman belakangnya ada referens buku dan penulisnya.
    waktu bikin skripsi juga harus ada nih sumber darimana kita dapat infonya.
    Apalagi kalau berhubungan sama hak cipta ya, bisa ngeri urusannya.
    Pentingnya ijin ke orang pertama atau minimal ada tulisan sourcenya

    BalasHapus
  10. iya bener kadang suka jengkel ada yang catut tapi tak menuliskan sumbernya ya dan ini jadi pelajaran juga semoga ga sembarangan catut juga dan ngaku2 pnya sendiri

    BalasHapus
  11. Benar sekali Mbak Fen. Di dunia Maya pun adab harus terus dijunjung tinggi. Termasuk juga pernah cerita anak yang saya posting di blog, eh kok saya menemukan diposting di website cerita anak online. Saya langsung kontak adminnya yang minta nama saya dan sumbernya dicantumkan. Karena setiap karya pasti ada perjuangan dalam proses membuatnya juga.

    BalasHapus
  12. Aku menebak-nebak ka Fenn mau nulis apa nih... karena kaitannya dengan adab dan kebiasaan. Memang kalau foto, sebaiknya milik sendiri yaa.. kalau terhalang waktu dan kesempatan, kudu banget menyertakan sumbernya.
    Jadi reminder buat kita semua untuk terus bekerja dengan baik dan jujur.

    BalasHapus
  13. Adab sebelum ilmu.
    Prinsip ini harus banget digaungkan.
    Apalagi di zaman digital kayak sekarang.
    Banyak banget yang abai.
    dan ngga mau mengurus perkara adab

    BalasHapus
  14. Diluar dari pembahasan royalti (yang bikin aku pengen jitak palanya LMKN, wkwkwk)
    Memang adab orang +62 di dunia online tuh minim banget mbak. Jangankan foto dikasih kredit ya. Foto produk yang aku udah bikin dengan susah payah aja, banyak lhoo yang dicomot orang lalu ditimpa logonya dia seenaknya. Boro-boro izin, itu nimpanya aja ngasal, logonya beneran masih ada background putih kotaknya gitu.

    Yha begitulah, khusus perkara adab digital ini kita memang masih perlu banyak belajar.

    BalasHapus
  15. Aduh iyaa >,<
    Malah ada yang pernah komen kalau seluruh aset di gugel tuh berarti sudah bebas discreenshoot karena sudah berani menerbitkan >.<

    BalasHapus
  16. Setuju mbak, adab penting banget dalam hal karya seni maupun tulisan. Aku juga kesel klo punya foto atau tulisan dicatut gitu aja tanpa izin.

    Klo orangnya beradab, at least cantumkan sumber seperti yg mba bilang ya. Terima kasih sudah mengingatkan

    BalasHapus
  17. Soal adab dan kebiasaan ini memang ya Mba, kadang saya juga pernah nemuin orang yang ngeyel, dia pikir dengan share tulisan di blog atau Instagram ya boleh aja dia share ulang atau copas meski nggak bilang katanya. Aduh gregetan aslinya itu udah termasuk pelanggaran hak cipta soalnya. Cuman orangnya tetep nggak mau disalahin malah dia yang lebih galak. Tulisan saya di blog untung pasang anti copas jadi nggak bisa disalin orang lain.

    BalasHapus
  18. Betul banget, adab dalam bermedia sosial dan berinternet itu penting agar kita lebih nyaman dan aman dalam berkarya di internet... Terima kasih pencerahannya ya..

    BalasHapus
  19. Gak habis pikir itu gimana bisa ikutan lomba yang sama, tapi nyolong foto blogger lain yang juga sedang ikut lomba yang sama.

    Tentang pemakaian foto orang di blog ini aku berusaha banget hati-hati, sebab aku sendiri pernah jadi korban di mana fotoku dipake sama blogger lain tanpa izin dan menyantumkan sumber. Untungnya setelah ditegur, fotoku langsung diturunkan. Padahal aku dengan senang hati kasih izin pake selama sumbernya dituliskan. Nggak harus link lengkap banget, nama blog omnduut dot com aja udah lumayan.

    Di sosmed juga aku usahakan kl ngetwit cantumin sumbernya walaupun kadang kelewat juga. Tulisan ini jadi reminderku kembali tentang adab di sosial media.

    BalasHapus
  20. sebenernya kita sebagai manusia itu punya hati nurani ada hati bersih yang bs merasakan ini tu boleh engga pantes engga yang kemudian dalam keseharian jd adab, ketika kita nyuekin kata hati nurani ya wes lah bablas

    BalasHapus
  21. wah, sudah ada watermark aja masih dicomot ya. Saya juga sering mengalami, dan biasanya pada postingan yang sudah lama banget. Mana banyak dari foto2 tersebut tidak saya kasih watermark pula. Pernah juga cerber yang saya muat secara berkala di blog sendiri, dicopy paste orang lain. Ditegor, gk ada jawaban. Kyk rugi banget menyertakan informasi siapa yang membuat karya tersebut awalnya.

    BalasHapus
  22. adab dan etika sebagai orang indonesia yg konon menjunjung tinngi tradisi ketimuran seharusnya tidak perlu diingatkan lagi ya
    apalagi seorang penulis digital
    kena cap plagiat/mencuri karya orang lain baru deh misuh-misuh

    BalasHapus
  23. kadang suka heran, kok bisa pede banget nyomot..terus ngakuin punya sendiri. bukan semua yang di share di sosial media bisa diambil sesukanya, tetap ada pemiliknya..

    BalasHapus
  24. Antara adab dan kebiasaan ini penting dipahami. Perilaku sehari-hari perlu disesuaikan dengan norma yang baik tanpa kehilangan kebiasaan positif.

    BalasHapus
  25. Aku juga pernah mengalami hal ini, ada sebuah portal berita yang ngambil foto dari blog aku, padahal di foto ada watermark, tapi dicrop sama penulisnya, sedih banget. Yang lebih parah, ada sebuah sosmed resto yang ngambil foto makanan di IG aku tanpa ijin. Menurut aku resto itu melakukan 2 pelanggaran : 1. ambil foto orang tanpa ijin dan ternyata untuk kebutuhan komersial, 2. menipu audiens mereka dengan gambar makanan yang bukan dipotret dari resto mereka.

    Sebagai penulis blog (dan sekarang mahasiswa lagi) aku berusaha mencantumkan sumber foto dan kutipan yang aku pakai untuk blog.

    BalasHapus
  26. Bener sih ya. Kebanyakan blogger yang menulis untuk blognya, kalau mengambil gambar dari situs lain, alih-alih menyebutkan nama kameramennya, lebih sering menyebut nama situsnya

    BalasHapus
  27. Urusan comot mencomot foto ini udah jadi isu alot dari jaman dulu mbak. Pada suka banget comot foto blogger lain tanpa izin dan tanpa credit. Nggak apa-apa nggak dibayar, tapi kami sebagai fotografernya juga pengen dong diakui.

    BalasHapus
  28. Wah ini jadi self reminder juga, di blog sendiri malas edit watermark dan kadang pakai foto dari situs sosmed resmi stasiun tv yang menayangkan drakor, menyebutkan sumber fotonya hanya sekali di awal hehehe. Eh, giliran foto dicomot orang lain bawaannya kzl.
    Pernah sih saya email langsung yang copas artikel dan foto saya, tapi karena jawabannya tak mengenakkan justru jadi malas berdebat dan pasrah saja.

    BalasHapus
  29. Masalah fotonya comot ini memang sering banget ya terjadi padahal fotonya dikasih Watermark dan segala macam tapi tetep aja ada yang nyomot. Tulisan ini juga jadi pengingat buat aku untuk bisa menghargai dan lebih memiliki adab terhadap foto-foto yang aku temukan di internet

    BalasHapus
  30. Blog saya untung pasang kode anti copas kalau nggak gitu udah ada aja yang share tulisan tanpa izin. Ini kan udah termasuk plagiat. Pernah ada cerita dari seorang penulis dan ilustrator, ternyata karyanya dia dishare tapi nama penulisnya dihilangkan. Enak banget ya yang share dapat keuntungan, diingetin malah lebih galakan dia. Ya begitulah funia

    BalasHapus
Mengenai Saya
Fenni Bungsu
Hi, #SemangatCiee jumpa dengan daku Fenni - si Milenial yang suka menulis tentang hal yang bermanfaat. Untuk bekerjasama bisa melalui email ke: fenni(dot)bungsu(at)gmail(dot)com ��Terima kasih��
Cari Blog Ini
BPN
BPN
Logo Komunitas BRT Network
Bplus
Bplus
Bloggerhub
Bloggerhub
KEB
KEB
MBC
MBC
KSB
KSB
Intellifluence
Intellifluence
Evergreen