Di penghujung tahun 2025, tanpa terasa bukan hanya akan berganti tahun tapi sesuatu yang manis pun terjadi. Ciee, apa coba, hehe. Sesuatu yang manis ini terkait dengan postingan saya sebelumnya, yaitu “Ngajar Literasi”, yang alhamdulilah masih berlanjut dan membuahkan panen karya di bulan Desember 2025 ini.
Tepatnya di hari Rabu, 17 Desember 2025 lalu, saya menghadiri panen karya tulis dari siswa-siswi yang saya ampu. Penyebutan panen karya ini, ya karena jadi momen bagi para pelajar memetik hasil karya tulis yang mereka tanam selama kurang lebih 2 bulan, menjadi bentuk buku terbit. Tak tanggung-tanggung, momen panen raya ini terjadi untuk 2 angkatan yaitu kelas X dan kelas XI.
Amanah Mengajar Gerakan Tulis Buku
Setelah periode pertama untuk kelas XI tahun ajaran 2024/2025, alhamdulillah saya masih dipercaya untuk menjadi mentor Gerakan Tulis Buku.
Pertanda, saya jadi kakak mentor yang asik, jiiaaahh pede 😝
Uniknya di sini adalah, lagi-lagi kelas yang saya ampu adalah kelas bungsu. Sesuai nama dah jadinya: Fenni Bungsu, hehe.
Waktu tahun ajaran 2024/2025, saya mendapat amanah di kelas XI-8. Eh tak dinyana di tahun ajaran 2025/2026 saya pun memegang kelas XI-8 dan kelas X-8, hihi.
Belajar Apa Saja di Program Gerakan Tulis Buku
Di program Literasi sekolah yaitu Gerakan Tulis Buku, para siswa belajar bagaimana membuat karya tulis agar layak terbit. Jenis karyanya baik fiksi maupun non-fiksi. Mereka bisa membuat cerita pendek, artikel, pantun, puisi, diary, karya tulis ilmiah, bahkan membuat karya solo.
Di sini mereka juga belajar bagaimana membuat karya yang jujur yaitu bukan hasil AI, tidak plagiasi alias sontekan dari karya lain, dan tidak ada indikasi ke arah SARA, kekerasan maupun pornografi.
Tujuan sekolah mengadakan gerakan literasi ini, bisa membangkitkan semangat literasi para pelajar untuk melahirkan karya tulis yang bermanfaat.
Sebab menurut saya pastinya, dari membuat karya tulis, bisa menjadi bekal alias portofolio bagi siswa-siswi untuk masuk perguruan tinggi ataupun melamar pekerjaan.
Drama dalam Pembuatan Karya Tulis
Apakah ada drama dalam membuat karya tulis? Tentu saja ada. Ada yang mepet banget sama deadline (ya ini sudah sesuatu banget, pembaca blog fennibungsu.com yang notabene blogger ataupun kreator konten udah familiar dah sama ini, wkwkwk).
Ada yang meminta tambahan waktu, karena kesibukan mereka. Hemm, kalau ini alhamdulillah dimaklumi, karena memang kebanyakan mereka memiliki aktivitas yang se-gambreng dan kerap mengikuti kompetisi sekolah.
Ada yang writers block, karena merasa tulisannya terlalu berat. Huaah, ini sempat bikin shock jiwa sebenarnya. Soalnya dia ini berniat membuat karya solo dan sudah separuh jalan, kalau tidak dilanjutkan sayang banget kan.
Ada pula yang membuat karyanya tidak logis. Misalnya nih, setting waktu cerita dia adalah era 80-an, tetapi di dalam cerita si tokoh memiliki ponsel dan MP3, huhu.
Ada beberapa yang kebablasan membuat karyanya alias yang tidak dianjurkan. Sebelum mereka membuat karya tulis, sudah diberikan ketentuan agar sesuai norma sekolah, karena semua karya tulis ini, terbitannya di bawah naungan sekolah.
Oleh karenanya, harus #SemangatCiee revisi deh, hehe. Gak apa-apa, yang terpenting karyanya asli tulisan mereka, dan mereka pun gercep bertanggung jawab buat revisi.
Makanya, saya senang dengan komitmen mereka tetap menyelesaikan karya sampai tuntas, hingga bisa memanen karya dengan bahagia 😍
Cara Mereka Mengirim Karya Tulis
Untuk pengiriman karya tulis ini, disesuaikan dengan kebijakan mentor masing-masing. Kalau saya, mereka yang membuat karya untuk masuk ke buku antologi, maka karya tulis mereka harus sudah selesai, ada judul + sinopsis, dan sudah lengkap dengan bionarasi plus daftar bacaan (untuk karya non-fiksi).
Sedangkan untuk karya solo, saya menggunakan metode ketika saya digembleng menulis novel oleh editor penerbit, dengan salah satu tekniknya yaitu mengirimkan beberapa bab secara bertahap sesuai tenggat waktu.
Cara tersebut efektif untuk mereka menata kerangka tulisan, sambil mencari ide dan bahan materi untuk menyelesaikannya. Sementara untuk saya, memudahkan memeriksa karya dan sumbang ide mengarahkan tulisan sesuai dengan sinopsis/outline yang sudah mereka buat.
Nah berikut hasil karya dari dua kelas bungsu-nya si Fenni Bungsu, hehe.
Veighters by Kelas XI-8
Veighters adalah nama pena dari siswa-siswi kelas XI-8 tahun ajaran 2025/2026. Mereka membuat beraneka karya fiksi dan non-fiksi, sehingga terbitlah buku antologi dengan judul: Merangkai Mimpi di Gang Sempit. Untuk nama pena “Veighters”, diambil dari nama alias kelas XI-8 itu sendiri.
Judul antologi tersebut diambil dari salah satu judul cerpen kelas XI-8. Mulanya, saya memberikan 2 rekomendasi judul untuk buku antologi, kemudian hasil voting terbanyak adalah judul cerpen tersebut.
Kenapa saya merekomendasi 2 judul dari cerpen mereka? Alasan utamanya karena judul tersebut cocok mengayomi keseluruhan naskah yang punya benang merah tema kelas XI-8 yaitu “Impian”. Selain itu, ini sebagai bentuk penghargaan kecil-kecilan kepada yang sudah membuat karya tulis sampai selesai.
Teyust Aksara by Kelas X-8
Lain lagi dengan kelas X-8 yang mengusung tema “Sekolah”, saya tidak merekomendasikan judul dari karya siswa di sini, karena karya-karya kelas X-8 ternyata lebih kompleks lagi variasinya, yaitu lebih banyak karya non-fiksi yang diisi dengan artikel dan karya tulis ilmiah.
Jadilah, judul buku antologi harus memuat unsur non-fiksi dan fiksi, sehingga hasil voting pun memilih judul: “Dari Jurnal ke Jendela Kelas” dengan penulisnya yaitu Teyust Aksara, nama pena dari siswa-siswi kelas X-8 tahun ajaran 2025/2026.
Selain terbit buku antologi kelas yang alhamdulillah tebalnya 300 halaman lebih, terbit pula 8 karya solo dari kelas X-8:
- Nyaris Sempurna, penulis Aira Haifa Kamila, kategori Fiksi - Novela
- Gema di Relung Kalbu, penulis Tina Noverita Triananda, kategori Fiksi – Novela
- Kembali: Sebuah Kisah dari Masa yang Hampir Terlupa, penulis Afdhal Amirul Fadhli, kategori Fiksi – Novela
- Sisa Rasa dan Suara: yang Kita Sembunyikan dari Dunia, penulis Khansaa Irdina, kategori Fiksi - Novelet
- Tangis Rindu dari Hujan, penulis Novi Fauziah kategori Fiksi: Novelet
- Abu Lara, penulis Eugenia Bianca Edward, kategori fiksi - Novel
- Teka-Teki Portal Cahaya, penulis Habibah Fairuz Athaya, kategori Fiksi - Novelet
- Gema Kami sang Penjaga Api Masa Depan, penulis Aqila Rahma Andiska kategori non-Fiksi: Ilmu Sosial
#SemangatCiee Menulis
Dari kegiatan yang berlangsung semenjak bulan September hingga Desember 2025 ini, senang rasanya bisa turut berkontribusi mengantar mereka melahirkan karya tulis.
Tanpa disadari juga, sebenarnya jadi pelecut untuk saya bisa kembali menelurkan karya solo. Soalnya karya antologi, alhamdulillah di tahun ini ada nongol. Namun, untuk karya solo, beluman huhu.
Sudah lama pula kan jaraknya dari tahun 2016, kok ya sampai sekarang karya solo saya belum nambah. Hanya folder tulisan buat karya solo saja yang nambah wkwkwk.
Mohon doanya dari pembaca blog fennibungsu.com, agar beberapa karya saya yang sedang tahap seleksi di penerbit bisa lolos seleksi dan terbit sesuai harapan, aamiin.
Kuy, #SemangatCiee insyaAllah terbit 1 buku













MashaAllah. Ini yang namanya bukan sekedar teori tapi juga dipraktekan hingga berwujud karya cetak. Selamat mengemban amanah ya Fen. Semoga di 2026, anak-anak bisa terbimbing dengan lebih baik dengan karya-karya yang bernas. Kalau butuh publisher dan bantuan jejaring penjualan buku, bisa hubungi aku ya. Annie Nugraha Mediatama hadir untuk melestarikan dunia literasi tanah air.
BalasHapusKeren banget murid-muridnya selain buku antologi bahkan ada yang menyelesaikan buku solo. Waktu mana mepet pula plus seabreg kegiatan. Mbak Fenni sebagai mentor, walaupun mumet, pastinya bangga dan terharu yah...
BalasHapusAlhamdulilah selamat Mbak Fenni
BalasHapusAnak-anak SMA memang harus dipicu semangat menulisnya
Mulai dari yang mudah agak pede
Saya inget pernah jadi juri lomba menulis SMA
Sayang temanya terlalu sulit ssehingga yang disetor tulisan hasil google translate
Membaca tulisan ini jadi penghiburan tersendiri buat saya mbak, setelah dari kemarin memperoleh informasi bahwa nilai TKA SMA untuk matematikan dan bahasa Indonesia, nilainya jauh dari yang diharapkan.
BalasHapusTapi anak-anak SMA ini, memiliki semangat luar biasa untuk menerbitkan karya tulis, fiksi maupun nonfiksi. dan dibukukan. Sebuah upaya pembiasaan literasi yang patut ditiru sekolah-sekolah lain
Wuih keren nih jadi mentor kelas menulis lagi tuk gen Z. Pasti seru ya ngadepin mereka yang seringkali out of the box hehehe.
BalasHapusKeren banget kakak Bungsuuu #eh :D
BalasHapusSemangat nerbitin buku soloooo.
Mantul nih murid2nya antusias menulis buku, bahkan bukunya udah jadi yaa. Selamat ya buat semuanya.
Kegiatan kek gini tu melegakan banget, di saat banyak anak lebih memilih scrolling sosmed sehingga khawatir brain rot tapi alhamdulillah masih ada harapan untuk anak2 muda memajukan literasi ya :D
Whaaa, keren banget mbak Fen. Ini anak-anaknya beruntung banget bisa berkarya dalam bentuk antoogi sejak dini, dan dipertemukan sama mentor yang ketjeeee pulak macem Mbak Fen. Adalah suatu mimpi bagi saya juga si untuk bisa berkarya dalam bentuk karya tulis fisik di tahun 2026 nanti. #SemogaaaYa
BalasHapusOya, ditunggu karya solonya ya mbak fen!
Soal mepet deadline kayak udah drama semua orang ya. Ada gitu lho orang yang baru dapat idenya di detik-detik terakhir. Bukan berarti dia nggak berusaha mencari inspirasi sebelum itu.
BalasHapusTantangan penulis tuh emang banyak banget mbak Fen. Mulai dari writer block sampai distraksi yanf macem².. 😢
BalasHapusSaya sendiri juga ngalami writer's block dan kalau kadung ada di posisi itu, ngembalikan mood buat ngelanjutin tuh nggak gampang. Malah gampang bikin buat baru. Tapi ya sayang juga kalau udah jauh trs pupus kan ya... 🤧
Yuk, semangat mbakk. Baca tulisanmu jadi semangat lagi buat ngelanjutin. 🥰🥰