Dampak Negatif dan Cara Mengatasi Helicopter Parenting


Dampak Negatif dan Cara Mengatasi Helicopter Parenting (Lifestyle) – Hai kamu sekalian, pasti kenal dengan yang namanya  helikopter. Dapat terbang dengan baling-balingnya, mengitari tempat tanpa memiliki jarak yang sangat jauh dengan siapapun di bawahnya. Dari situ bisa disimpulkan bahwa helikopter mudah untuk mengawasi apapun, meski dari atas. Sayangnya, bila hal itu diterapkan pada dunia parenting ternyata memberikan efek yang mengejutkan.  



Bukan hanya pada dunia keluarga saja, tanpa disadari hal tersebut ternyata pernah saya lakukan di tempat mengajar. Saya yang bertugas di salah satu Bimbingan Belajar (bimbel) di Jakarta, berpikirnya kan bahwa namanya orangtua menitipkan anaknya di tempat bimbel agar mendapat tambahan pengetahuan pelajaran yang lebih detail, dimana memungkinkan saja waktu sekolah mereka belum lengkap mendapatkannya.

[Baca Juga: Cegah Penyakit, Sehat dengan Imunisasi].

Akibatnya membuat saya agak protektif sama mereka. Dibilang positif ternyata yah ada, tapi tampak juga negatifnya. Positifnya si siswa jadi lebih disiplin, dan fokus dalam belajar. Negatifnya, dia nggak bisa mengeksplorasi diri lebih jauh bahkan cenderung jadi pendiam dan takut-takut untuk mencoba menyelesaikan tugas yang diberikan. Dan hal itu merupakan bagian dari Helicopter Parenting

Ilustrasi helikopter




Apa Sih Helicopter Parenting?


Diterangkan oleh Mbak Rayi Tanjungsari, M.Psi selaku psikolog anak bahwa Helicopter Parents merupakan metode parenting yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 
  • Terlalu protektif 
  • Reaksi Berlebihan 
  • Terlalu Mengontrol 
  • Memberi jadwal terlalu padat 
  • Menuntut akademis tinggi

Mbak Rayi Tanjung Sari


Dampaknya memberikan efek yang negatif untuk perkembangan si anak, yaitu kurang percaya diri. Misalnya saja, saat ada lomba olimpiade di sekolahnya, si anak dituntut agar bisa menjadi juara satu, dengan cara belajar terus seharian di dalam kamar, tanpa diberi kesempatan untuk bermain atau refreshing sejenak. Akibatnya, tentu si anak menjadi stres, dan pada saat hari H lomba bukan juara yang didapatkan justru semakin bimbang serta takut bila orangtuanya akan marah. 

Mbak Rayi bertugas pula sebagai psikolog di aplikasi Halodoc


Bukan itu saja, Psikolog yang dapat ditemui oleh para pengguna aplikasi Halodoc itu pun menyampaikan dampak lainnya berdasarkan penelitian dari berbagai sumber, yaitu:

[Baca juga: Ada Psikiater dan Psikolog di Aplikasi Halodoc].

  • University of Minnesota tahun 2018, bahwa anak dengan helicopter parenting sangat berpotensi untuk tidak sanggup menghadapi tantangan di masa depan, terutama di sekolah. Sebab anak tidak diberikan kesempatan untuk belajar dari kesalahan. 
  • Florida State University tahun 2016, bahwa ketika dewasa nanti, anak-anak akan mengalami masalah kesehatan. Hal tersebut dikarenakan anak-anak tidak memahami kapan waktunya untuk berolahraga. 
  • University of Colorado tahun 2014, bahwa mereka memiliki potensi kurangnya motivasi dalam diri untuk menjadi sukses dan inisiatif. Sebab apa-apa yang membantu adalah orangtua.
  • University of Mary Washington in Virginia tahun 2013, bahwa anak-anak kurang mampu menahan emosi, cenderung depresi, dan kurang puas terhadap kehidupannya. Sebab anak-anak tidak memiliki kontrol internal kapan menyelesaikan masalahnya sendiri. 




Oleh karena itu, sebagai orangtua perlu untuk mengkontrol diri dengan tidak hanya memiliki ekspektasi yang berlebihan tanpa melihat perkembangan si anak. Serta atasi dengan cara ubah pikiran menjadi positif. Jangan selalu negatif terhadap anak-anak. Timbulkan rasa percaya kepada anak dengan meyakinkan diri, bahwa si anak mampu menjaga kepercayaan orangtuanya.

[Baca Juga: Ayo Bersama Kita Hapus Kekerasan Pada Anak].

Namun tak dapat dipungkiri, dengan metode Helicopter Parenting menurut saya, sebenarnya bisa menumbuhkan rasa dekat antara orangtua dan anak, serta menjauhkan anak-anak dari pengaruh buruk yang mungkin akan menjerumuskannya bila tidak diantisipasi. Jadi intinya adalah jangan terlalu berlebihan dalam menerapkannya.

Edisi yang punya blog sedang berpikir, hehe


Dari pengetahuan tentang parenting ini, sangat menjadi masukan buat saya, "Hemm, nanti pas giliran daku berkeluarga dan punya anak, daku harus lebih baik lagi, jangan berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan biasanya tidak baik, kan .. kan.."  

Wawasan mengenai helicopter parenting ini saya dapatkan ketika mengikuti kegiatan bersama Halodoc dalam rangka The 1st HaloMoms Community Gathering. Kegiatan tersebut adalah inisiasi dari startup kesehatan berlambang stetoskop berwarna merah jambu ini, dengan mengumpulkan para wanita Indonesia baik yang sudah maupun belum menikah dalam satu komunitas bernama HaloMoms.

Perwakilan dari Halodoc


Nah, Halodoc sendiri sebagaimana yang kita tahu menawarkan tiga manfaat sekaligus dalam satu genggaman saja, seperti:

  • Dapat berkonsultasi dengan dokter baik itu spesialis maupun dokter umum. Nah seperti Mbak Rayi nih yang kalau kamu pada mau curhat dengan beliau bisa ditemui melalui aplikasi Halodoc setiap hari Senin  Kamis jam 20.00 hingga 22.00, hari Jumat jam 20.00 hingga 21.00, dan hari Minggu jam 00.00 hingga 01.00 dini hari. 
  • Layanan apotik antar, dimana kamu bisa memesan obat atau menebus resep obat tanpa perlu mengantri atau bepergian jauh. 
  • Fasilitas laboratorium bekerjasama dengan Prodia yang memudahkan kamu untuk memeriksa kesehatan, kecuali pemeriksaan MRI atau scan yah. 



Baiklah, semoga menambah manfaat dan wawasan terutama masalah helicopter parenting baik buat para mommy, pengajar, maupun aunty ^_^. Jangan lupa unduh aplikasi Halodoc yang bisa kamu temukan baik melalui Play Store maupun Apple Store. Sampai jumpa di edisi selanjutnya. Tetap #SemangatCiee.

40 komentar

Yuk, komen terbaikmu. Jangan menyisipkan link ya, karena akan daku hapus dan tidak berkunjung balik
  1. Huhuhu, aku kayaknya rada-rada seperti ini ke anak-anak. Dan kerasa sih efek negatifnya. Anak jadi gak banyak berkembang, terlalu tergantung, susah mandiri, dan akunya gak percayaan. Udah mulai diubah sih. Semoga ke depannya bisa gak gitu lagi. :(

    BalasHapus
  2. Istilah helicopter parenting ini baru pertama aku dengar.. wah Alhamdulillah tidak masuk dalam helicopter parenting, karena aku ingat orangtua aku dulu memang tidak menerapkan hal-hal yang masuk dalam kategori helicopter parenting, jadi aku ikut metode orangtua aku.. katanya belajar itu ngga harus di paksa, prestasi akademis itu hanya membawa kita ke panggilan interview, sukses tidaknya kehidupan seseorang tergantung dari leadership seseorang.. jadi orangtua aku lebih suka aku aktif di organisasi ka.. duh jadi curhat deh

    BalasHapus
  3. Makasih Fen, saya jadi tau tentang helikopter parenting nih, yang namanya menjadi orang tua itu memang harus banyak belajar

    BalasHapus
  4. Iya bener Mbak, biarpun kita adalah orang tua nya tapi sebisa mungkin kasih sayang kita jangan sampai jadi hambatan buat mereka ya...

    BalasHapus
  5. ternyata metode parenting ini beragam ya, thx for sharing mba

    BalasHapus
  6. Wow, ilmu baru nih. Ternyata perilaku orangtua yang kayak gitu bernana helicopter parenting. Sebenarnya ibu temenku juga ada yg kayak gitu mba. Hingga pas temenku milih jurusan yg dia mau, orangtuanya langsung marah2. Miris aku mba

    BalasHapus
  7. Baru tahu tentang gaya oarenring helikopter, ternyata kurang baik ya dampaknya bagi psikologis anak, kadang tanpa sadar sebagai ortu saya pun suka protektif

    BalasHapus
  8. dwalnya padat pasti anak anak akan stress dan merasa tertekan. Semogaorang tua membebaskan anaknya untuk memilih dan mengajarkan anaknya bagaimana caranya bertanggung jawab dengan pilihannya

    BalasHapus
  9. Saya baru dengar ada istilah helicopter parenting ini, dan semoga kelak nanti saya dijauhkan dari sikap yang terlalu banyak menuntut anak di luar kemampuannya. Sedih soalnya, kasihan anaknya.

    BalasHapus
  10. baru tau ada giniaaan ..... semoga gue pas jadi ortu di jauhkan dari sifat begini daaah yaaa... hehehe nice info kaaak

    BalasHapus
  11. Moga2 aku gak jd parent yang kyk gini. Kadang soalnya sistem pendidikan kita bikin kyk gini sih. Anak gak bisa, ortu gemes, akhirnya turut bantuin. Anakku sih alhamdulillah HS (masih HSUD sih) jdnya aku biarkan potensinya berkembang sendiri kalau gak bisa ya gali potensi yg lain.

    BalasHapus
  12. Ternyata ada juga istilah helikopter parenting ya? Memang sih, semua teknik ada kelebihan dan kekurangannya. Kita sebagai orang tuaharus pintar pintar memilih mana yang baik dan mana yang buruk

    BalasHapus
  13. Setuju banget nih sama mbak Fenni. Yang berlebihan itu memang tidak baik. Dan aku baru tahu kalau ada helicopter parenting setelah baca postingan ini. Cocok banget nih dibaca untuk para orang tua.

    BalasHapus
  14. Wah semoga kita tidak terlalu berlebihan ya Mba Fen dalam mendidik anak-anak kita nanti ya Mba Fen. Karena memang sgala sesuatu yang berlebihan itu ga baik. Semangattt belajar kita Mba Fen buat bekal nanti ��

    BalasHapus
  15. Aku dulu ke anak sulungku sempat menjalankan metode ini Mbak...Maklum karena bayi pertama meninggal dunia maka ke si Mas ini aku jadi protektif sekali takut dia kenapa-napa. Ini agak berkurang pas lahir adiknya. Tapi karena cukup lama aku kayak gini (sampai dia TK)akhirnya efeknya sekarang terasa. Si Mas kurang percaya diri enggak seperti Si Adik yang dulunya lebih aku bebasin berekplorasi. Ini jadi pembelajaran buatku jadinya :)

    BalasHapus
  16. Saya udah mulai menguatkan hati dan kuping dalam menghadapi nilai akademis si sulung.

    abisnya semakin banyak kampanye bahwa nilai itu gak selalu penting.
    semakin tinggi pula standar nilai yang ditetapkan pemerintah.

    jadinya, kalau nilai anak gak sempurna, emaknya kena ceramah ustadzah lagi deh hahaha

    BalasHapus
  17. aku udah pernah tau sekilas tentang helicopter parenting ini, tapi bacca ulasan mom fenni jadi lebih tau versi lengkapnya. masih banyak belajar aku nih mom. semangat cie kita terus ya.

    BalasHapus
  18. Wah ortu saya tuh overprotektif. Jangan2 terjebak dalam helikopter parenting tapi gak menyadari. Kudu waspada juga nih saya, jangan2 saya juga bakal begitu. Hiks

    BalasHapus
  19. Pernah sih waktu itu ngikutin anak lomba mewarnai, eh ada ortu yg ikut campur bantuin anak mewarnai haha.Bingung mau ngomong apa. Sepertinya kok gak percaya pd anaknya, pdhl kan lombanya buat seru2an aja. Itu masuk helicopter parenting jg kyknya ya mbak.

    BalasHapus
  20. Nah, tipe helicopter parenting ini nih yang kadang suka nggak sadar kita lakuin ya Mba, termasuk aku juga terkadang suka over helping anak. Hiks, padahal itu nggak baik untuk mereka. Makasih sudah diingetin ya. Btw aku juga hepi join di komunitasnya Halodoc ini. banyak info positif.

    BalasHapus
  21. Terlalu keras sama anak dampaknya memang tidak baik. Tarik ulur pun belum tentu bisa berhasil kalau orang tua tidak konsisten dan tidak memberi contoh nyata

    BalasHapus
  22. Sepertinya jaman sekarang banyak yang menerapkan metode parenting ini yaa.. Entah sengaja entah karena terlalu khawatir :D

    BalasHapus
  23. Hubu semoga aku dijauhakan dari karakter emak ambisius begitu. Maksain kehendak yang blom tentu anak suka. Jujur aku baru pertama denger istilah helicopter parenting. Dan aku gak mau kayak gt. Memang orangtua harus banyak belajar ya mbak. :)

    BalasHapus
  24. Aku baru tahu mbak tipe orang tua dan pola asuh Helicopter. Kebetulan temen ada yg pnya tipe orang tua kyk gitu, seringnya dia curhat sih kasian juga merasa dikekang ngak diksh kepercayaan. Mkasih sharingnya mbak, buat pembelajaran saya jg neh sebagai orang tua baru.

    BalasHapus
  25. Aku baru tau lho istilah helicopter parenting ini. Begitu ya ternyata

    Selama ini aku agak tarik ulur ke anak. Ada saatnya mereka harus benar2 disiplin sesuai jadwal, ada ada saa diberi kelonggaran sesuai minatnya

    Mudah-mudah kita semua bisa memberikan dan mendidik anak dengan baik ya

    BalasHapus
  26. Unik ya namanya Helicopter parenting. Gawat banget ya mbak Feni kl anak2 jadi gak nyaman krn orangtuanya memiliki karakter yg ambisius gitu. Smg kita tidak begitu ya.

    BalasHapus
  27. Hmm jadi helikopter parenting ini orang tua terkesan mengatur semua kehidupan anaknya ya? Kemarin kupikir ini tipe orang tua yang selalu membantu anaknya dalam mencapai sesuatu

    BalasHapus
  28. Aku berusaha buat gak jadi orang tua super protektif kayak gitu. Semoga sampai nanti masih berpegang teguh pada pendirian. Haha.

    Aku udah gabung sama komunitasnya mbak. Hehe

    BalasHapus
  29. Kak fen ini bakal jadi calon istri yang udah punya bekal banyak banget loh, termasuk parenting aja udah paham lulus dia jadi calon istri kamuu ��

    BalasHapus
  30. Wah... aku baru tau nih ada istilah helicopter parenting. Kalau aku sih alhamdulillah sejauh ini tidak pernah jadi orang tua yang seperti itu dan jangan sampai. HAhahahaaa... Makasih ya mbak Fen untuk sharingnya.

    BalasHapus
  31. Nah..hal semacam ini harus jadi perhatian setiap orang tua sebab biasanya kerap kali memiliki ekspektasi terlalu tinggi terhadap prestasi anak padahal sejatinya mereka memiliki keunggulan di bidangnya masing-masing

    BalasHapus
  32. Wah ada layanan apotek antar ya kalau pakai HaloDoc. Mereka melayani juga untuk ke area Bogor gtu kah mbak?

    BalasHapus
  33. Tiap orang tua pasti ingin yang terbaik buat anaknya juga ingin anak tumbuh jadi anak yang cerdas tapi emang gak bisa dipaksain biarkan anak2 mengeksplor minat dalam dirinya.jangan sampe semua yg anak mau kerjain diatur sama orang tuanya

    BalasHapus
  34. Baru tahu Istilah Helicopter Parenting dan kayaknya 3 point paling atas sering aku lakukan ke anakku, hiks. Terlalu overprotektif, reaksi berlebihan, dan sering mengontrol. Mungkin awalnya karena ada suatu hal yang membuat paraoid akhirnya keterusan, apalagi semenjak anak kena DB kemarin, aku makin protektif. Tapi ternyata itu punya dampak jeleknya ya, huhu.

    BalasHapus
  35. Sebagai orang tua, kadang-kadang saya juga suka tergoda untuk sangat melindungi mereka. Takut kenapa-napa selalu dijadikan alasan. Tetapi, memang sebetulnya anak juga harus diajarkan membuat benteng sendiri. Biar bagaimana kita gak bisa selalu mendampingi

    BalasHapus
  36. Ortu saya ini helicopter parenting banget dan kami tinggal serumah. Susah deh kadang saya dan suami ngajarin apa ke anak, tapi beliau juga punya cara ngajar sendiri ke cucunya. Huhuhu

    BalasHapus
  37. Saya malah baru tahu mba istilah helicopter parenting ini. Kayaknya aku termasuk didalamnya. Yang reaksi berlebihan.

    BalasHapus
  38. Dulu waktu masih kerja d Industri, istilah helicopter ini wajib d punyai oleh para supervisor dalam mengawasi teman-teman operator, begitu menurut manager saya waktu itu haha. Ternyata dampak nya juga sama jika d terapkan dalam pola pengasuhan. Tengkyu mba Fenny for sharing :)

    BalasHapus
  39. Wah.. aku baru tau kalau kalau perilaku yang mba sebutkan itu namanya Helicopter parenting dan ada sisi negatifnya. Semoga jika aku udah berkeluarga bisa memilih cara yang tepat untuk mendidik anak

    BalasHapus
  40. Aku sempat menerapkan parenting model begini. Biasalah, karena belum banyak pengalaman. Tapi seiring berjalannya waktu, aku sadar harus berubah.Alhamdulillah lebih selow.

    BalasHapus
Mengenai Saya
Fenni Bungsu
Hi, #SemangatCiee jumpa dengan daku Fenni - si Milenial yang suka menulis tentang hal yang bermanfaat. Untuk bekerjasama bisa melalui email ke: fenni(dot)bungsu(at)gmail(dot)com ��Terima kasih��
Cari Blog Ini
BPN
BPN
Logo Komunitas BRT Network
Bplus
Bplus
Bloggerhub
Bloggerhub
KEB
KEB
MBC
MBC
KSB
KSB
Intellifluence
Intellifluence
Postingan Terpopuler Tahun Ini