Momen Hari Gizi Nasional ke-62 yang jatuh pada tanggal 25 Januari lalu, menjadi pengingat untuk kita, perlunya bekerjasama untuk mencegah permasalahan gizi baik stunting maupun obesitas. Kekurangan maupun kelebihan gizi dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang anak kedepannya.
Hal di atas dapat kita tarik sebuah data tentang gizi dari survei Studi Status Gizi Indonesia tahun 2021, prevelensi balita stunting sebesar 24,4%. Mungkin terdengar angka yang tidak besar. Bahkan kalau membandingkan data dari tahun 2019, angka tersebut mengalami penurunan 1,6% dari 27,7% (sumber: technology-indonesia).
Namun menurut Ibu Dr. Dhian P Dipo, MA selaku Direktur Gizi Masyarakat saat membuka acara Webinar Hari Gizi Nasional ke-62, Cegah Stunting Selalu Penting, pada hari Selasa lalu, bahwa prevelensi stunting kita belum mencapai target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2020-2024, yaitu 14% pada tahun 2024, sehingga masalah stunting perlu diatasi secara bersama.
“Stunting itu gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi secara kronis sejak masih dalam kandungan. Stunting ditandai dengan panjang atau tinggi tubuh anak di bawah standar. Stunting yang diderita oleh balita akan memiliki dampak jangka pendek seperti pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang tidak optimal. Sedangkan jangka panjangnya adalah penurunan kualitas hidup di masa dewasa. Pelaksanaan Intervensi Gizi Spesifik dan peran dari keluarga dan dukungan dari semua elemen masyarakat sebagai pendamping.” Jelas Ibu Dr. Dhian P Dipo, MA.
Pada kesempatan yang sama Ibu Ida Budi G. Sadikin selaku penasihat DWP (Dharma Wanita Persatuan) Kementerian Kesehatan turut memaparkan bahwa Indonesia menempati rangking 4 untuk angka stunting tertinggi di ASEAN di bawah Laos, Kamboja, dan Filipina.
“Masalah stunting pada anak akan berpengaruh pada perkembangannya yaitu menurunya kemampuan intelektual di saat besar nanti, maka produktivitas juga menurun, sehingga akan mengurangi dampak positif bonus demografi di Indonesia.” Terang Ibu Ida Budi G. Sadikin.
Oleh karenanya diperlukan kolaborasi semua pihak untuk
cegah stunting sejak dini. Ya, aksi cepat penangan stunting ini, tidak bisa
dilakukan sendiri, misalnya hanya anggota keluarga saja, tenaga kesehatan, atau
pihak terkait gizi saja. Gotong royong menjadi langkah tepat untuk mengentaskan
permasalahan gizi buruk seperti:
Menjalankan Pangan Gizi Seimbang
Edukasi dan membangun kebiasaan untuk keluarga Indonesia agar dapat memasak dan mengonsumsi makanan lezat dan seimbang, menjadi tujuan hadirnya Program Nutrimenu yang digagas oleh PT Unilever Indonesia. Program yang sudah berjalan semenjak tahun 2019 ini melibatkan kader yang merupakan Mitra LSM Lokal dan masyarakat (Ibu Peserta). Di sini para ibu yang menjadi peserta akan melaksanakan Gerakan 21 hari Nutrimenu, guna membentuk kebiasaan baik dalam menyiapkan pangan sesuai konsep Isi Piringku.
“Sejak tahun 2019, Program Nutrimenu ini telah menjangkau lebih dari 1 juta ibu dan remaja,” terang Ibu Andriyani Wagianto selaku Nutrition and Health Manager PT Unilever Indonesia.
Bahkan kalau kamu, seperti saya suka menonton animasi
Riko The Series bareng ponakan, akan bertemu dengan konsep Isi Piringku di
episode tentang Gizi. Bisa dikatakan, kegiatan seperti ini memiliki manfaat
yang besar untuk bisa menginspirasi semua pihak dalam menyiapkan pangan bergizi
seimbang.
Pendekatan Desain Berbasis Masyarakat
Sulit, mungkin satu kata itu yang menjadi tantangan
dalam menerapkan kebiasaan baik guna menyiapkan makanan dengan gizi seimbang.
Bahkan menurut Mbak Fransisca Wulandari selaku Grants Manager Tanoto
Foundation menyebutkan, masih ditemukannya praktik yang kurang tepat dalam
pemberian asupan bernutrisi, beberapa diantaranya seperti:
- Ibu muda merasa aman dan mudah saat memberikan makanan bayi kemasan.
- Ibu/pengasuh takut akan tulang kecil pada ikan jika memberikan makanan ini kepada anaknya.
- Adanya anggapan bahwa makanan sehat itu mahal karena sulit di dapat, dan bingung apa yang dimaksud dengan stunting.
Dari temuan tersebut, Pendekatan Desain Berbasis
Masyarakat dikembangkan oleh Tanoto Foundation dengan project berjalan di 6
Kabupaten (Hulu Sungai Utara, Majene, Alor, Seram, Pasaman, dan Garut). Secara
perlahan, masing-masing Kabupaten menerapkan kebiasaan baik beberapa
diantaranya seperti menghidupkan kembali makanan keluarga yang menyenangkan,
meningkatkan kunjungan ibu dan anak ke posyandu, memasukkan sayuran dan ikan ke
dalam menu makanan anak-anak.
[Baca Juga: Yuk Lengkapi Asupan Gizi untuk Jaga Imun Tubuh]
Pahami Pemberian Makan Bayi dan Anak
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) dalam upaya pencegahan stunting, terutama di masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) perlu dipahami, karena kurangnya asupan gizi yang seimbang dapat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia.
Terlebih lagi pada kesempatan yang sama di sesi
Webinar Mbak Ninik Sukotjo selaku Nutrition Specialist UNICEF, turut
menyampaikan bahwa di masa pandemi ini menurunnya ibu yang menyusui anaknya,
dikarenakan minimnya konseling karena PPKM dan pembatasan mobilitas, Ibu dan
tenaga kesehatan lebih nyaman menyampaikan edukasi teknik menyusui bukan secara
virtual, adanya hoax sehingga ibu menyusui tidak lagi meneruskannya.
Oleh karenanya UNICEF dan WHO memberikan rekomendasi
standar emas PMBA dengan:
- IMD yaitu Inisiasi Menyusu Dini
- Selama 6 bulan pertama dengan pemberian ASI Eksklusif
- Pada saat bayi berusia 6 bulan pemberian MP-ASI berkuliatas pertama
- Hingga anak berusia 2 tahun terus lanjutkan menyusui atau dengan MP-ASI yang berkulitas dan tepat.
Perhatikan Berat Badan Ibu Hamil dan Bayi Lahir
Sebelum dan saat hamil, calon ibu melakukan pemeriksaan
kesehatan. Berat badan yang cukup perlu diperhatikan ketika hamil, dan saat
bayi lahir (berat badan minimal diatas 2,5kg dengan panjang badan di atas 47
cm) lalu bertambah umur berat badan dan pertambahan tinggi badan bayi dipantau
agar tidak mengalami gangguan. Serta ibu juga wajib memberikan ASI eksklusif hingga
6 bulan.
Pemahaman tentang Obesitas
Nah pada bagian juga perlu diperhatikan, jangan sampai karena ingin cegah stunting malah berlebihan dalam pemberian asupan makanan. Cukupi kebutuhannya, dan juga pemahaman akan obesitas atau kegemukan selain karena kurang aktivitas fisik dan makanan, tapi banyak penyebabnya. Jika orang dewasa atau remaja obesitas karena stres yang dapat menimbulkan inflamasi (penumpukan lemak). Selain itu kurang atau kelebihan tidur yang meningkatkan hormon ghrelin jadi bawaanya merasa lapar.
Kesadaran Keluarga untuk Masa Depan Anak
Rumah menjadi kunci utama dalam kehidupan. Di sini semua anggota keluarga berperan untuk memberikan kenyamanan bagi semuanya, terutama dalam pemberian asupan yang bernutrisi, sebab stunting tidak hanya terkait dengan gizinya saja, tetapi juga perilakunya, maka bisa saling mengingatkan untuk konsumsi makanan sesuai isi piringku, mengonsumsi buah, menghindari makanan yang mengandung gula, garam dan lemak, serta melakukan aktivitas fisik bersama seperti berolahraga.
Menutup pembahasan terkait gizi ini, upaya pencegahan dan mengatasi masalah gizi terutama stunting bisa dilakukan dengan melihat gejala stunting seperti panjang tubuhnya lebih pendek dari standar normal usia anak, berat badannya rendah dari anak seusianya, dan pertumbuhan tulang yang terhambat.
Baca Juga: Trik Pasien PCOS Bisa Hamil Alami
Bila deteksi dini dilakukan, maka langkah cepat dilakukan agar
angka stunting dapat berkurang. Ini juga sebagai siasat baik agar
generasi penerus bangsa dapat tumbuh dan berkembang menjadi sumber daya yang
berkualitas, berkompeten di bidangnya, dan produktif. Yuk, kita bisa sama-sama
saling mendukung agar permasalahan gizi buruk dapat diatasi dengan baik.
semoga unilever selalu mengupgrde kegiatan nutrimenu nya ya mba. terutama ttg hal mendasar pentingnya mebjaga kesehatan.
BalasHapusSehat sehat sehat memang tidak mudah dijaman segalanya instan, yang alami pun masih diragukan ke alamiannya, semoga generasi mendatang bisa menikmati alam Indonesia dengan segala gizi dan makanannya
BalasHapusPermasalahan gizi buruk seperti stunting, harus dilakukan banyak perubahan dan semua pihak harus turut serta mendukung.
BalasHapusMasalah stunting ini harus terus disosialisasikan dan edukasikan ke masyarakat. Banyak orang ngertinya kalau stunting itu hanya masalah tinggi badannya minim. Padahal banyak masalah penting yang timbul akibat stunting ini.
BalasHapusDi masa pandemi, tingkat stunting di Indonesia meningkat. Dan disinilah pentingnya kesadaran semua elemen, seperti peran pemerintah dalam pengadaan pangan bergizi, serta di lingkungan masyarakat & keluarga untuk aware jika mendapati anak dengan kondisi stunting dapat memberitahukan kepada pihak kesehatan terkait.
BalasHapusHai kak ini Dennise.Masalah stunting adalah masalah kita bersama bukan saja PR pemerintah tetapi kitapun patut untuk "aware"menyelamatkan generasi anak bangsa
BalasHapusEdukasi tentang stunting tuh gak boleh setengah-setengah. Sosialisasi juga harus konsisten dan harus terus menerus digaungkan agar kesadaran masyarakat akan hal ini semakin meningkat. Efeknya luar biasa soalnya. Dan tidak boleh digampangkan.
BalasHapusStunting ini beneran menghantui kita ya. Soalnya, jumlahnya di negara kita masih banyak. Anak-anak stunting masih ada di sekitar kita. Dan ini bukan hanya PR orang tua mereka saja untuk bisa menuntaskannya. Tapi kita semua, dengan cara peduli. Setidaknya dengan memberi edukasi melalui tulisan seperti ini. BIar semua pihak bisa lebih aware ya.
BalasHapusAyo kita sama2 mencegah gizi buruk di indonesia ini. Agar generasi bangsa pada pinter2 dan sehat
BalasHapusStunting ini sampai sekarang masih menjadi perhatian dan fokus utama pemerintah. Pasalnya di negeri kita, terutama di daerah terpencil masih banyak anak yg menderita stunting
BalasHapusWajib sih kita mencega stunning ini khususnya dalam keluarga, soalnya yang paling berdampak anak-anak kitakan.
BalasHapusdengan kemajuan zaman seperti sekarang ini, saya pikir sudah tidak ada masalah dengan kekurangan gizi terhadap anak. tapi nyatanya stunting menjadi permasalahan nasional
BalasHapuscantiknya Ibu Ida....hehehe salah fokus
BalasHapusAlhamdulilah kampanye stun ting gencar ya?
Karena sebagai pendamping komunitas, kerasa banget kurangnya literasi gizi di masyarakat bawah
Berikan anak makanan bergizi dan berikan ASI exclusive selama 2 tahun agar anak tidak stunting. karena dengan memberikan asupan gizi anak indonesia lebih sehat
BalasHapusSemoga dengan sosialisasi ini, semakin banyak masyarakat yang paham gizi dan tidak kekurangan nutrisi sehingga masalah stunting ini bisa dicegah dengan baik
BalasHapusMasa depan bangsa di tentukan oleh ayah dan ibu. Ayah yang bekerja buat cari duit beli makanan bergizi. Ibu yang memasak . Kalau semua klop angka stunting turun
BalasHapusSepakat, kerjasama semua pihak sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan stunting ini. Terlebih untuk mengubah kebiasaan pola makan memang tidak mudah. Sehingga harus dikampanyekan terus.
BalasHapusAku jadi inget momen IG live ku dengan ahli gizi di Bandung, beliau seorang Doktor dengan spesialisasi di gizi. Katanya beliau pernah riset di sebuah tempat ternyata masalah stunting bukan melulu tentang kemiskinan ya... tapi ketidakpahaman ortu terhadap gizi anak. Ada anak stunting jajan seharinya sampai 50 rb katanya....miris. Makanya edukasi tentang stunting harus terus digalakkan ya..
BalasHapusDampak stunting ini termasuk fatal, karena memiliki efek berkepanjangan. Sehingga penting banget sih, untuk mensosialisasikan tentang stunting ini ke masyarakat luas, khususnya orang tua dan pendamping anak-anak.
BalasHapusTernyata tingkat stunting di negara kita massih tinggi ya, nomor 4 se ASEAN.
BalasHapusMemang perlu terus disosialisasikan tentang stunting ini dan bagaimana upaya pencegahannya.
pemerintah sangat berperan aktif terhadap masalah stunting di Indonesia. Program dari tahun ke tahun menandakan pemerintah sangat serius menekan angka stunting di Indonesia
BalasHapusRasanya semua ibu ingin anak2nya mendapat gizi yg baik tapi kondisi ekonomi jg yg menentukan. Stunting ini biasanya terjadi pd anak2 yg kurang mampu, tapi tnyata ada jg anak2 dari keluarga mampu yg mengalami stunting krn ortu terutama ibunya kurang merhatiin kondisi anaknya. Duh miris bgt deh
BalasHapusBener banget kita harus memerangi stanting pada anak-anak penerus bangsa. Karena pemenuhan gizi sangat penting bagi tumbuh kembang anak
BalasHapusaku dulu rada cemas krn anakku kurus kecil, padahal lahirnya normal semua. asi oke, makan jg gak sembarangan. eh gak taunya pas msk SD langsung ngebut pertumbuhannya. skrg malah sama tinggi dg gurunya
BalasHapusedukasi dan rajin cari info tentang kesehatan buat calon ibu dan calon bayi tuh emang penting ya, klo ga tau dan asal2 an kasih asupan makanan juga bisa nyebabin stunting meskipun keluarganya berasal dari kelompok menengah atas. Stunting ga melulus soal tingkat ekonomi, tapi juga pengetahuannya
BalasHapusStunting emang masih jadi masalah serius di beberapa negara berkembang seperti negara kita ini, sayang bgt byk orang tua yg belum sadar akan masalah ini.
BalasHapusItu sebabnya aku perhatiin banget pertumbuhan anakku, dari awal dia makan umur 6 bulan aku pastiin kebutuhan gizinya terpenuhi setiap hari, tinggi badannya aku perhatiin banget juga, amit2 jgn sampe stunting.
Banyak banget yang ngomongin stunting tapi baru tahu artinya. Ternyata stunting itu gangguan kekurangan gizi sejak dalam kandungan ya. Berarti jarus dijaha dan diantisipasi terus selama masa kehamilan
BalasHapusMasalah stunting ini emang masih menjadi perhatian dan harus waspada tiap orang tua. Perlu penyuluhan juga dari pemerintah agar edukasi stunting ini lebih diperhatikan.
BalasHapusAku juga lagi gencar2nya nih kampanyein anti stunting, sejak 2018 jugakalau ga salah yaa. karena ini efeknya domino, beberapa ormas malah jadi wajib bikin proker untuk cegah stunting
BalasHapusStunting ini memang wajib dicegah yaa agar anak-anak indonesia menjadi generasi maju yang berkualitas dan berdaya saing tinggi di masa depan
BalasHapuswah pasti banyak banget ilmu yang didapat saat webinar ini ya kak, terkait soal gizi untuk anak, semoga ilmunya dapat bermanfaat dan semoga makin bekurang bayu stunting di Indonesia dan juga dunia ya kak
BalasHapusPenting banget nih webinarnya... Semoga kita semua bisa bekerjasama mencegah stunting di Indonesia ya...
BalasHapusMasih tinggi juga tuh angka stuntingnya meski menurun dr tahun ke tahun. Peran serta warga hingga pemerintah msh hrs digencarkan utk mengatasi stunting ini. Terlebih di masa pandemi. Pasti ada saja yg kesulitan dlm ekonomi, termasuk mencegah stunting kembali meluas.
BalasHapusKita jg msh di peringkat 4 besar di ASEAN tuh. Emg sih jumlah masyarakat kita jg banyak. Semoga masyarakat skrg makin paham soal stunting. Jika ada tetangga yg kesulitan, smg ada bantuan.
semakin gencar untuk terus memperbaiki gizi anak bangsa, oleh karena itu yuk pahami kebutuhan gizi yang seimbang yaaa
BalasHapusstunting ternyata masih menjadi permasalahan serius di negara kita ya, semoga para calin ibu memahami pentingnya gizi pada saat hamil dan pada masa 1000 hari pertama kehidupan agar angka stunting semakin menurun..
BalasHapusterlihat sepele ya, kaya anak gamau makan terus dibiarin aja gitu, ternyata bisa stunting juga :( atau gizinya ternyata gak mencukupi, eh bikin stunting juga, jadi memang kudu diperhatikan betul-betul nih apalagi di masa emas anak-anak :)
BalasHapusSegera harus diatasi ya..masalah stunting dan masalah gizi buruk ini meresahkan sekali. Dengan edukasi dan memberikan penguatan bagi keluarga muda di seluruh Indonesia, semoga semua masyarakat bisa merasakan edukasi gizi dan kesehatan yang merata.
BalasHapusSetuju kalau rumah itu kunci utama kehidupan. Apapun dimulai dari rumah. Termasuk urusan nutrisi, gizi, hingga pendidikan anak-anak. Yuk kita hindari stunting pad anak.
BalasHapusWew, masih nomor 4 se-ASEAN, berarti masih jadi PR banget masalah gizi di Indonesia. Apalagi di masa sulit seperti sekarang ya, semoga gak makin naik aja angkanya. Memang masalah stunting ini harus tuntas, karena kalau tidak akan terus berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya.
BalasHapusMemang kuncinya di rumah untuk mengatasi stunting dan harus ada dukungan dr keluarga untuk mengatasinya
BalasHapusCegah stunting sejak dini memang sangat penting, apalagi untuk anak yg kurang gizi, perlu banyak perhatian.
BalasHapusSaya berusaha untuk menjaga gizi anak2..agak berat karena kadang anak2 mau kadang nggak..
BalasHapusdulu jaman anakku masih bayi, kampanye stunting nggak segencar hari ini. Akibatnya anakku divonis underweight sama dokter anaknya, sampe minum susu khusus tinggi kalori buat ngeboost BBnya. Mantap deh kalo sekarang udah banyak kampanye stunting dari pemerintah :))
BalasHapusSemua harus bergerak ya mbak, agar angka stunting turun. Tidak hanya pemerintah, tapi juga pihak swasta, dan tokoh masyarakat. Bekerja sama untuk menanamkan kebiasaan pemberian makan yang sehat untuk bayi dan anak.
BalasHapusALhamdulillah anak-anak saya aman. Walau si bungsu masih 2 tahun umurnya, saya berharap gizinya tetap terjaga sampai kapanpun. Semoga anak2 kita semua sehat ya Moms
BalasHapus