Bumi Lestari Tanpa Deforestasi Hutan -- Kamu tahu kalau terkait
perubahan iklim ada hubungannya dengan deforestasi hutan? Kaitan hal tersebut
ternyata berpengaruh pula pada kondisi bumi yang kita tinggali ini, misalnya
saja terkadang kita merasa sangat panas atau sangat dingin. Tampak seperti
berkabut, padahal sebenarnya polusi udara sedang bergelora. Kekeringan melanda
di beberapa tempat, ditambah dengan kondisi yang gersang.
[Baca Juga : Selamatkan Hutan dan Lahan dengan Pengelolaan yang Tepat]
[Baca Juga : Selamatkan Hutan dan Lahan dengan Pengelolaan yang Tepat]
Ragam usaha terbaik dilakukan demi bumi yang
lestari. Salah satunya melalui media sosialisasi seperti kegiatan yang saya
ikuti pada tanggal 9 Februari lalu. Acara tersebut digagas oleh Yayasan Prof.
Dr. Sjahrir dan The Climate Reality Project Indonesia, yaitu Forest Talk With Blogger, dengan tema
Menuju Pengelolaan Hutan Lestari.
Istri dari mendiang Dr. Sjahrir, yang bernama
lengkap Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan, menyampaikan sambutannya
melalui rekaman video bahwa, Dr Sjahrir itu pemerhati masalah ekonomi, politik
dan kemasyarakatan. Oleh karena itu kami melanjutkan kembali gagasan yang telah
dilakukan beliau.
"Masalah perubahan iklim adalah tanggung jawab lintas generasi. Jadi bukan hanya beban generasi muda saja. Kita harus sama-sama menghadapinya," pesan Ibu Kartini.
Acara yang berlangsung di Almond Zucchini, kafe yang asik ini disajikan dalam bentuk talkshow dan disertai demo masak dan pameran mini dari hasil hutan. Kamu yang kepo dengan ragam kuliner saat event tersebut langsung ke sini yah 👉: #TempatNMakanan - Februari 2019.
Talkshow Hutan Lestari
Hidup berdampingan dengan ekosistem yang
terkait langsung dengan hutan maupun tidak, setidaknya harus seimbang. Adanya
hubungan tersebut hendaknya bersimbiosis dengan baik, sebab hutan bukanlah
merupakan sekumpulan pepohonan saja, melainkan banyak spesies hewan yang hidup
di sana.
“Hutan dan lanskap sekitarnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,” terang Ibu Atiek Widayati, perwakilan dari Tropenbos Indonesia, saat memaparkan presentasinya.
Hutan banyak menghasilkan ragam manfaat dan
kebutuhan untuk kita. Dari kebutuhan papan sudah diketahui seperti kayu dan rotan
untuk properti rumah. Kemudian pada sandang, ada yang menghasilkan bahan untuk
pakaian. Begitu pula untuk pangan. Hanya saja banyak yang memanfaatkannya bukan
dengan cara yang baik, misalnya tanpa penanaman kembali (reboisasi), tanpa sistem
tebang pilih, dan sebagainya. Oleh karena itu ketika tak ada hutan maka penyerap
karbon dioksida menjadi hilang.
"Selimut bumi makin tebal jadinya bumi makin panas. Selimut bumi terjadi karena kegiatan manusia, maka terjadilah perubahan iklim," ungkap Ibu Amanda Katili Niode selaku Manajer Climate Reality Indonesia, pada kesempatan yang sama.
Dalam presentasinya, Ibu Amanda memaparkan
bahwa penyumbang perubahan iklim yaitu dari kegiatan manusia, sehingga
memberikan dampak seperti kelangkaan air, gagal panen, bencana alam, gangguan
kesehatan, dan sebagainya.
Dari paparan yang disampaikan para narasumber
terdapat solusi baik untuk yang hidup berdampingan dengan hutan maupun yang
jauh yang saya rangkum melalui cara seperti:
- Memanfaatkan hasil hutan dengan cara mengalihkannya dari hasil kayu ke non kayu, misalnya adalah rotan.
- Mengembalikan fungsi hutan sebagaimana mestinya.
- Mendukung ekonomi masyarakat tepi hutan atau yang tinggal berdampingan dengan hutan.
- Mengonsumsi pangan lokal sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
- Aksi menanam pohon untuk ekonomi kreatif.
“Menanam pohon untuk ekonomi kreatif bisa dilakukan karena akan menghasilkan produk. Ini dikarenakan pohon merupakan sumber serat, sumber perwarna alam, merupakan bahan kuliner, sumber barang dekorasi, dan sumber furniture,” tutur Ibu Murni Titi Resdiana, perwakilan dari Kantor Utusan Presiden bidang Pengendalian Perubahan Iklim.
Pameran Mini dari Hasil Hutan
Dari hasil hutan maupun aksi tanam pohon memang
dapat memberikan hasil yang bermanfaat, tampak dari pernak-pernik hasil hutan yang
dipamerkan pada event Forest Talk With
Blogger lalu, seperti:
- Rumah Rakuji, merupakan rumah bagi seni dan budaya Indonesia yang di pameran mini ini menampilkan promosi kerajinan kain tenun dengan perwarnaan alami (warlami), dan tas etnik.
- Javara, menghadirkan produk-produk organik yang telah dipasarkan ke berbagai tempat termasuk negara-negara dimana telah mengantongi sertifikasi di bawah standar UE, AS, NOP, dan JAS. Ragam produk yang ditampilkan di pameran mini ini, termasuk isi goodie bag yang saya terima, heheh.
Rumah Rakuji |
ragam hasil dari Javara |
ragam karya dari Rumah Rakuji |
ragam karya dari Rumah Rakuji |
isi goodie bag dari Javara |
kain etnik by Rumah Rakuji |
Nah melalui pameran mini tersebut menyadarkan,
saya khususnya, bahwa hutan bermanfaat besar untuk siapa saja. Dari situ pun
membuktikan bahwa kegiatan perekonomian melalui hutan memiliki dampak baik bila
digunakan dengan cara yang positif.
Maka, untuk mendukung kegiatan ekonomi
masyarakat tepi hutan disampaikan oleh Ibu Sri Mulyati perwakilan Yayasan
Belantara, agar tidak selalu bergantung dengan hutan, masyarakat dapat
dialihkan dengan kegiatan perekonomian lainnya sehingga hutan tetap lestari.
Demo Masak dengan Madu Hutan
Dari rangkaian acara Forest Talk With Blogger, menghadirkan pula demo masak yang dipandu
langsung dari Almond Zucchini yaitu Chef Numan Fajri yang memeragakan masakan
ayam panggang madu hutan.
Chef Numan saat mempraktekkan demo masak ayam panggang madu hutan |
Tekniknya mudah untuk dipraktekkan di rumah,
hihi. Sebab bumbu yang digunakan adalah yang sudah dikenal oleh masyarakat,
seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, cabai, kunyit, air asam jawa,
garam, dan tak lupa madu dari hasil hutan yang digunakan sebagai pelengkap
sajian semakin menggugah selera.
Lestarinya hutan tentu akan berdampak pada bumi
yang menjadi sejuk, perubahan iklim yang tidak lagi drastis, dan menghasilkan banyak
oksigen untuk manusia dan hewan. Kelangsungan hidup pun menjadi lebih baik
karena ekosistem darat yang berjalan nyaman. Semoga artikel ini bermanfaat, dan
kuy kita jadikan Bumi Lestari Tanpa Deforestasi Hutan.
14 komentar
Padahal kalau melihat masyarakat Badui dalam, yang sangat teguh memegang tradisi dan aturan, mereka hidup sangat sederhana, tapi bahagia.
Saya membeli madu hutan ketika ke Badui dalam. Sampai sekarang madunya masih ada. Awet dan khasiatnya makin mantap. Beda dengan madu olahan, yang sudah dicampur dan tidak asli. Kenapa madu hutan beda? Karena selain masyarakat Badui sangat menghormati dan menjaga hutan, juga kebersihan yang sangat mereka junjung tinggi.
Banyak bencana melanda kita rasanya oh pantas saja, bukankah kita sendiri yang merusak hutan dengan sengaja?
Semoga dengan adanya kepedulian dari keluarga Syahrir bisa membuka mata hati masyarakat sehingga bisa lebih menjaga kelestarian hutan ya ...
Karena bumi ini akan kita wariskan ke generasi mendatang maka mesti kita sayang:)
deforestasi di indonesia parah ya mbak
sebenarnya program pendidikan udah banyak banget yang pro masalah ini kayak green school sama adiwiyata
tapi aksi nyata semacam ini di masyarakat juga sangat penting