Terima Kasih, Kamu Telah Sabar Menunggu

Hai cita-cita, dengarkan cerita tanpa batas hari ini karena aku hendak meraihmu. Dukung aku selalu agar peluang itu ada di genggaman. Kalimat penyemangat yang sering aku ucapkan sambil melihatnya, setiap akan melakukan tes masuk perusahaan. Anggap saja ini sebagai pelecut usai lulus kuliah dengan membawa gelar sarjana, pun berkeinginan untuk bisa lekas bekerja demi satu harapan atas gaji pertama. Upayaku mengantarkan langkah menuju Citra Damai Company guna mengikuti interviu.

“Kamu kok malah duduk di bawah, Wi?” tanya Mama yang melihatku tengah mengenakan sepatu pantofel berwarna cokelat tua di ruang tamu.

Aku menyeringai.

“Walau kursi ini keadaannya sudah ada bagian yang koyak, tetapi dia cukup tangguh dari semenjak kakakmu lahir,” ujar Mama sambil memerhatikan tempat duduk berbahan kayu itu.

“Doakan tes interviu Awi lancar ya, Ma,” ucapku seraya bangkit mendekati Mama. Naas aku menubruk sesuatu, hingga dari sesuatu itu keluar butiran halus seperti debu. Aduuh! Please tidak apa-apa ya!

“Doa Mama selalu menyertaimu. Kamu tidak apa-apa, Wi?” tanya Mama yang melihatku meringis sakit di bagian kaki.

Aku melebarkan senyum. Meski mama tampak lega melihat ekspresiku, tetapi pandangannya kembali teralihkan ke salah satu benda di ruangan ini. Guratan lara di parasnya kurasakan.

“Ini kelanjutan dari tes online psikotes yang Awi pernah ceritakan, Ma,” kataku untuk menetralkan situasi.

“Oh.. oh iya. Menghemat waktu juga ya,” Pandangan Mama kembali fokus ke arahku. “Jadi lekas ketahuan siapa saja yang bisa melanjutkan ke tahap berikutnya.”

“Itu dia hebatnya Ayah berani pasang internet keluarga di rumah. Manfaatnya buat Awi, jadi cepat tahu informasi pengumuman karena dikirim via email. Terus bisa lanjut lagi ke tes selanjutnya,”

Mama tersenyum, “Ya sudah, sana berangkat. Hati-hati di jalan ya. Jangan lupa baca doa dulu sebelum interviu dimulai,”

“Iya, Ma, Assalamu’alaikum,”

“Waalaikumussalam.”

**

Tes Interviu Dimulai

Dingin dan putih. Gambaran jelas untuk kantor yang berdiri di jalur sibuk ibukota. Mudah dijangkau dengan transportasi apapun, terlebih lagi hadirnya pusat perbelanjaan yang berjarak dekat dengan gedung 30 lantai ini. Bagian lantai dasarnya cukup ramai, karena di sini terdapat mesin ATM, jejeran tanaman dalam pot berukuran sedang, mini market, dan ada pula kantor cabang dari salah satu perbankan ternama.

Untuk menuju lantai 19, aku menukarkan tanda pengenal ke bagian resepsionis agar memiliki akses.  Di lantai tujuan, aku disambut oleh petugas security dan diminta untuk mengisi data calon pegawai, sambil menunggu di ruangan berpintu kaca yang cukup besar.

Lima menit kemudian, seorang wanita yang baru masuk ke ruangan ini. Ia tampak elegan dengan stelan blezer dan jilbab warna senada “Formulirnya sudah diisi?”

              Aku menyerahkan formulir isian tersebut. Rasa tegang mulai menghampiri, beliau duduk di hadapanku.

[Baca Juga: Ini (Bukan) tentang Hobi Terbaru]

“Terima kasih atas kehadirannya siang ini. Silakan perkenalkan diri, Anda,” kata wanita itu.

              Aku meletakkan kedua tanganku di atas meja agar merasa nyaman. “Saya Marwiyah Victory, biasa dipanggil dengan nama, Awi. Sarja,”

Wanita itu mengangkat tangan kanannya. Aku menghentikan kalimatku. Tatapannya seakan tidak percaya.

“Di usia 19 tahun sudah menjadi sarjana?”

Aku berusaha menenangkan diri dengan menyunggingkan senyum tulus kepadanya. “Iya. Saya lulus SMU di usia 16 tahun. Akselerasi. Kemudian melanjutkan kuliah program strata satu selama tiga tahun,”

Ia menganggukkan kepalanya. “Saya membaca profil Anda cukup unik dengan hobi yang gemar menulis cerpen. Bisa diterangkan cerpen apa saja yang pernah Anda buat?”

“Saya pernah membuat cerpen tentang fabel, dunia remaja, fiksi otomotif, kisah tentang internet seperti cerpen IndiHome, dan cerpen yang bergenre religi,”

“Hmm, banyak juga meraih juara berkat menulis cerpen. Prestasi yang menarik.”

Anggukkan kepalanya, membuatku menyunggingkan senyum. Semoga ini hal positif yang menjadi poin untukku.

“Baik, lalu apa alasan Anda melamar kerja di Citra Damai Company?” tanyanya dengan cepat. “Meski bisa saja ada sedikit kaitan antara pendidikan Anda dengan perusahaan ini, tapi tetap saja belum ada pengalaman kerja di perkantoran,”

“Saya ingin mewujudkan sebuah harapan…”

Suasana yang tenang dapat berjalan dengan lancar. Jantungku semakin berdegup cepat. Suasana ruangan semakin dingin. Apa karena pendingin ruangannya yang dipasang secara sentral atau akibat ketegangan yang masih kurasakan saat ini.

“.. Baik, saya rasa wawancaranya sudah cukup. Terima kasih atas waktunya. Bila nanti lulus akan kami hubungi paling lambat 14 hari kerja dari sekarang,” Ia bangkit dari kursinya dan menyodorkan tangan kanannya.

Aku menyambutnya hangat disertai senyuman, “Terima kasih, Bu.”

**

Cerita Tanpa Batas yang Indah

Diam menanti di rumah dengan selalu berdoa, dan mencari alternatif perusahaan lain jika aku tidak lulus di perusahaan itu. Melupakannya sejenak walau memang mencari kerja tidaklah mudah. Pesaing dan sebentar lagi menjelang akhir tahun 2019 mungkin saja menjadi kendala karena perusahaan akan menuju tutup buku.

Please, sabar sebentar ya! Seperti halnya tahun yang berganti, maka akan ada perubahan juga yang terjadi sesaat lagi. Kumohon, untuk tetap kuat.

Tak disangka di bulan ketiga tahun 2020, aku dihubungi kembali Citra Damai Company untuk melengkapi berkas, menjalani tes kesehatan. Hingga mendapatkan kabar bahagia, aku resmi diterima bekerja sebagai karyawan.

Namun kegembiraan itu tak berlangsung lama, hanya sekedipan mata. Di satu sisi kegalauan kurasakan karena adanya pembatasan sosial akibat pandemi. Padahal harapanku belum terwujud dengan sempurna yaitu pergi ke toko kursi bersama mama membeli satu set kursi kayu secara langsung.

[Baca Fiksi Lainnya Juga: Ketika Semua Ada Waktunya]

Sedangkan di sisi lain, keinginan merasakan pertama kali atmosfer bekerja dengan suasana kantor, harus pupus. Virus covid-19 yang melanda bumi ini mengharuskan para karyawan untuk bekerja dari rumah, agar dapat meminimalisir penyebarannya. Untuk hal ini sebenarnya bukan masalah berat buatku, karena memiliki jaringan Internetnya Indonesia, sehingga mendukungku dalam bekerja secara daring. Aku tetap dapat bekerja maksimal, melakukan pertemuan daring, kirim soft file yang meski besar ukurannya tidak menjadi kendala.

“Kamu membeli satu set kursi kayu itu dengan cara apa, Wi? Padahal kamu tidak keluar rumah semenjak pemerintah menerbitkan PSBB?” tanya Mama yang terkejut melihat kursi-kursi baru itu telah berjejer di depan rumah.

“Awi memanfaatkan jaringan internet Telkom Group buat memesan kursi kayu secara online, dan proses bayarnya melalui transfer.”

Mama menggeleng lalu tersenyum sambil mengusap kepalaku dengan lembut. Ah lega rasanya, niat gaji pertamaku untuk membeli kursi dapat terwujud. Bersama mama, kami mengatur penempatan kursi baru di ruang tamu. Sedangkan untuk kursi yang lama, akan dibongkar dan dipilih bagian kayu-kayu yang masih baik untuk kugunakan membuat rak susun estetik, agar kamarku semakin menarik tatkala melakukan meeting online.

Iya cita-cita, terima kasih kamu telah sabar menunggu. Harapanku selanjutnya ingin terus bercerita tanpa batas. Sebab dari sebuah cita-cita melahirkan semangat kuat untuk mewujudkannya.

**Selesai** 

62 komentar

Yuk, komen terbaikmu. Jangan menyisipkan link ya, karena akan daku hapus dan tidak berkunjung balik
  1. Semangat Ciee ya untuk gapai cita-cita.

    Meski harus sabar menunggu, tapi semua akan indah pada waktu-Nya*

    BalasHapus
  2. selalu seru ya membaca cerita tentang mereka yang berusaha untuk selalu menghidupkan api semangat

    BalasHapus
  3. Aaaa cerpen yang manis dan menghangatkan hati
    Bersyukur Awi pakai internet yang koneksinya cepat dan lancar ya
    Jadi segala urusan online juga jadi mudah

    BalasHapus
  4. Aku belum bisa lho nulis fiksi gini, ha ha ha belajar baca alurnya nih, nice kak simple ya jalan jalan ceritanya.

    BalasHapus
  5. Baca cerita ini, aku jadi inget beberapa cita-cita yang masih terpendam dan juga sabar menunggu. Sepertinya harus disapa lagi cita-cita yang sudah lama tersembunyi itu biar semangat lagi menjalani hari-hari

    BalasHapus
  6. Yang namanya cita2 seseorang tuh biasanya bisa lekas tercapai kalau ada dukungan dari lingkungannya, yang paling penting dari pihak keluarga, apalagi bapak ibunya. Gak cuma dukungan secara fisik dengan menyediakan fasilitas tapi juga dukungan moril kek doa yang melesat. Cakep nih karya fiksnya :D

    BalasHapus
  7. tu kan aku jadi ikutan ngomong juga sama cita cita aku mb Fen, huhu, cita cita sabar menunggu ya hehe, nice cerpennya mbak ^^

    BalasHapus
  8. Inget banget jaman dulu juga sering banget interview cari kerja. Tes tulisnya masih belum online jadi harus datang dan menempuh berkilo2. ngga semudah sekarang bisa online dan menyatukan semua peserta lewat daring berkat internet.

    BalasHapus
  9. Pas awal Aku kira beneran feni ga taunya si awi, belum tau kalo lagi cerita fiksi.
    semangat ciee

    BalasHapus
  10. Internet lancar memungkinkan banget untuk menggapai cita-cita selangkah demi selangkah ya. Jarak dan kondisi yang memisahkan ruang bisa diatasi melalui internet. Tetap semangat dan berusaha yang terbaik mewujudkan list cita-cita.

    BalasHapus
  11. Tetap sabar dan percaya aja, karena cepat atau lambat apapun impian kita apalagi jika memang baik untuk kita pasti bakalan terkabul dengan izin Allah yaaa ❤️

    BalasHapus
  12. bisa banget yaa karena adanya internet, meski tinggal di daerah terpencil tetap bisa terlalu mengupdate informasi serta tak kalah pentingnya mendapatkan pengetahuan dengan mudahnya hanya lewat genggaman selama kita tahu cara memanfaatkannya dengan baik seperti di cerita awy ini

    BalasHapus
  13. Bagi sebagian besar orang, menunggu memang hal yang tidak menyenangkan ya mbak
    Makanya jika ada orang yang rela mau menunggu kita, emang sudah sepantasnya kita berterima kasih

    BalasHapus
  14. Asik banget dibaca cerpennya kak, nagih pen baca cerpen lainnya.

    BalasHapus
  15. Indihome jaringannya tersebar di seluruh Indonesia
    Jadi daerah pelosok pun bisa mendapat internet
    Kreatif juga dijadiin cerpen

    BalasHapus
  16. duh ceritanya bikin terharu dan berkaca-kaca apalagi baca paragraph terakhirnya menyentuh banget, saya tiap kali dapat pekerjaan baru gaji pertama selalu kukasih ibuku, terserah mau diapakan, dan baca ini merembes banget mba Fen ingat ibu yang sekarang sedang dirawat

    BalasHapus
  17. IndiHome memang juaranya buat internet cepat dan lancar ya kak, aq pun pakai IndiHome di rumah. biarpun tinggal di kampung tapi internet tetap ngebut

    BalasHapus
  18. Harapan ingin bisa terus bercerita tanpa batas... Keren banget sih kak Fenni. Didukung dengan internet yang asik, bakal bisa diwujudkan tuuuh. Semangat, kak!

    BalasHapus
  19. Cerita yang menarik dan bagus banget. Bisa di jadika buku nih kak nanti.

    BalasHapus
  20. huwaaa terbaik emang kamu mba fennn, bisa bisanya soft story banget, aku kira lagi cerita cerita cerpen semangat cie lohhh hahaha

    BalasHapus
  21. Pengen lihat hasil rak susunnya dong mbak. Nanti tulisin juga cara bikinnya yaaa. Makasiihh hehehe.

    BalasHapus
  22. Pantang menyerah dan tidak berputus asa menggapai cita. Bersyukurnya juga didukung internet yg stabil.
    jadi teringat sebuah nasihat "Bersabarlah karena Allah akan menjawab doamu pada waktu yang tepat"

    BalasHapus
  23. Alhamdulillah, Berkat kesabaran dan ikhtiar, maka apa yang diimpikan bisa terwujud.
    Kagum dengan kerja keras Awi. Cita-cita yang menurut orang mungkin sederhana, tapi ketika terwujud, rasanya senang luar biasa.

    BalasHapus
  24. terharu aku tuh bacanya, jadi ingat almarhumah mama, bekerja bisa dimana saja ya mba saat ini, gak harus selalu dikantor atau keluar rumah pagi pulang malam, senangnya bisa membahagiakan mama :)

    BalasHapus
  25. Benar banget sewaktu awal-awal pandemi tuh hampir semua orang keknya work from home ya. Tapi untungnya sekarang internet stabil, mau kerja darimanapun kayaknya nggak masalah sih. Cuma terkadang kalau WFH si bos suka nggak tau waktu nagih kerjaannya.

    BalasHapus
  26. Kreatif deh di masa pandemi bikin cantik perabotan jadi estetik, ya. Tetep semangat meraih cita, deh

    BalasHapus
  27. Rasanya bangga banget pasti bisa mengabulkan keinginan dan cita2 dari hasil kerja sendiri ya. Memori yang indah banget bersama ibu

    BalasHapus
  28. Haru bacanya. Seakan masuk ke dalam ceritanya Mbak. Semangat terus ya mbak.👍🏻🤗🤗

    BalasHapus
  29. Cerita manis yang membangkitkan semangat, karena bisa menginspirasi orang lain supaya berbuat yg sama. Apalagi pas gaji diberikan pada Bunda. Wow

    BalasHapus
  30. Semua pekerjaan di jaman sekarang ini memang dimudahkan dengan adanya internet, makanya pengen beli apapun ga usah tunggu kluar rumah dari rumah saja cukup

    BalasHapus
  31. Salut! walo pandemi wfo ditiadakan, namun wfh lebih oke kalau jaringan inet mendukung ya mba, selamat atas pencapaian nya, semoga kursinya bikin nyaman dipakai kerja dari rumah :)

    BalasHapus
  32. Untuk menggapai sebuah cita2 butuh usaha dan kerja keras serta semangat pantang menyerah baca cerita ini jadi teringat dlu saat kecil banyak hal yang aku cita2an stelah dewasa menjalani saja hidup seperti air mengalir

    BalasHapus
  33. Semangat terus Awi. Pandemi nggak menghalangi untuk beraktivitas meski harus online. Ada IndiHome internet keluarga tanpa batas yang bisa membantu segala aktivitas online.

    BalasHapus
  34. Cita-cita tak berbatas usia. Tak berbatas jarak. Internet bisa memudahkan dan memperluas kesempatan.

    BalasHapus
  35. Semangat cieee ... Butuh perjuangan dan doa, insya Allah, yakin keinginan dan cita2 satu persatu terkabul. Internet mmg memudah kan aktivitas online Qt ya. Terbantu bgt d zaman skrg ini.

    BalasHapus
  36. Baca ceritanya seruuu juga nih penuh Semangat gitu deh, keren kak

    BalasHapus
  37. memang yaa soal waktu itu rahasia, ada waktu dan moment yang tepat, tapi kitanya juga tetep harus berusaha keras jangan berpangku tangan buat tunggu keajaiban

    BalasHapus
  38. Membacanya membuat saya kangen emak, jd pengen membelikannya sesuatu. Terharu juga ya bercita2 membelikan kursi dan tercapai

    BalasHapus
  39. Masuk masuk.. kreatif mbak Feni, cerpennya hehe kepikiran aja bikin alur cerita seperti ini.

    BalasHapus
  40. Semoga yang sedang ada di posisi itu sekarang selalu dimudahkan urusannya.

    BalasHapus
  41. Bahkan cita-cita pun teraih berkat kehadiran internet ya, Kak. Memang, di era digital ini, banyak hal yang bisa kita jangkau dengan internet. Akhirnyaaa, kursi baru buat Mama nangkring juga ya di rumah.

    BalasHapus
  42. Tapi alhamdulillah ya keterima juga dapet kerja meski nunggu aga lama dan dag dig dug ser. PSBBB mah gak mnasalah atuh ya kan ada indiHome, hehe. Jadi keinget jaman nyari kerja dna interviu sana - sini hehehe

    BalasHapus
  43. Tapi alhamdulillah ya keterima juga dapet kerja meski nunggu aga lama dan dag dig dug ser. PSBBB mah gak mnasalah atuh ya kan ada indiHome, hehe. Jadi keinget jaman nyari kerja dna interviu sana - sini hehehe

    BalasHapus
  44. Semangat selalu menggapai cita-cita, untuk membahagiakan diri dan orang-orang tercinta, dan internet hadir menemani dan membantu tercapainya cita-cita tersebut:)

    BalasHapus
  45. Setuju banget Fen dari sebuah cita-cita menjadi semangat untuk mewujudkannya.Walaupun terkadang ada kendala dan belum tentu terwujud.Tetapi semangat itu harus tetap dijaga
    Salam hangat: Dennise Sihombing

    BalasHapus
  46. Wiss emg harus bersabar sekali utk mendapatkan mimpi2 ya, semoga Awi sukses dan bisa bersemangat dengan akses internetnya yg lancar, hehehe

    BalasHapus
  47. Dengan jaringan internet dari IndiHome kita bisa melakukan banyak hal ya mbak. Banyak kemudahan yang bisa kita dapatkan.

    BalasHapus
  48. Terkadang ada proses yang sangat panjang untuk mencapai cita-cita ya mba. Kesabaran selalu berbuah manis. Semangat dan sukses yaa

    BalasHapus
  49. Aku kira sedang membaca cerita nyata (bukan fiksi), dan hampir senang karena tahu nama panggilan Fenni di rumah ada Awi. Eh ternyata fiksi ya :D

    Soal internet, memang banyak sekali gunanya. Seperti mewujudkan cita beli kursi kayu secara online, dan mengirim lamaran kerja ke berbagai perusahaan secara online.

    Insha Allah si cita akan sabar menunggu, karena yang sedang mengupayakan cita juga sabar berusaha. Semangat selalu!

    BalasHapus
  50. Waduh hebat euy si Awi, bisa berbuat yang terbaik untuk keluarganya dan hasilnya bangkunya cakep deh. Keren cerpennya 👍👍

    BalasHapus
  51. Senang ya bisa melakukan sesuatu yang berharga untuk membahagiakan orang tua. Mengganti bangku kayu mungkin bagi beberapa orang adalah hal simpel, tapi bagi Awy hal itu adalah sesuatu yang sangat bernilai.

    BalasHapus
  52. huhuhu Fenni ceritanya bikin aku kangen alm ibuku..keren banget sih neng

    BalasHapus
  53. Apa pun dilakukan untuk kebahagiaan mama ya, terharu ihhh. Jadi inget gaji pertamaku kecil tapi ibu menerimanya dengan sangat bangga. Kalau saja sudah ada internet terjangkau dari dulu, rasanya ingin kembali memberikan yang lebih untuk mereka. Selamat Awi..

    BalasHapus
  54. Kalau berusaha dengan maksimal, kemudian bersabar, semua akan mendapatkan hasil yang terbaik. Apalagi jika terus meng-upgrade diri melalui ilmu yg tersebar secara online ya. Internet lancar, cita-cita tergapai.

    BalasHapus
  55. Menunggu itu membosankan, dengan kesabaran semua perjuangan akan mewujudkan hasilnya.
    Cita-cita yang butuh proses panjang untuk meraihnya dengan doa dan usaha , Insya Allah dikabulkan-Nya

    BalasHapus
  56. cerita tanpa batas.. menarik idenya. jadi kepikir, kok aku nggak pernah nulis fiksi di blog? padahal, kenapa enggak ya?

    BalasHapus
  57. Gak papa menunggu. Nikmati semua prosesnya. Ah, baca cerpen ini jadi ingat, ada masih banyak sekali impian/cita-cita saya yang belum terwujud.

    BalasHapus
  58. Cerpen yang sangat inspiratif mbak
    Mengajarkan kita untuk selalu sabar dan tetap semangat meraih cita-cita

    BalasHapus
  59. Mba Fenni, cerpennya menarik sekali. Tetap semangat terus capai cita cita ya Mbaa

    BalasHapus
  60. cita-cita itu harus dicapai dengan perjuangan maksimal karena tidak ada hasil yg mengkhianati usaha. Keren cerita pengalamannya

    BalasHapus
  61. Saat ini. Ada banyak sekali kegiatan yang dirubah dari offline ke online. Selin kualitas internet sudah memadai, semunya terjadi krena dampak pandemi

    BalasHapus
  62. Seru baca ceritanya mba 😊 jadi inget udah lama juga ga baca cerita novel.. kadang baca yang seperti ini melatih lagi bahasa yang dipakai sehari hari ya..

    BalasHapus
Mengenai Saya
Fenni Bungsu
Hi, #SemangatCiee jumpa dengan daku Fenni - si Milenial yang suka menulis tentang hal yang bermanfaat. Untuk bekerjasama bisa melalui email ke: fenni(dot)bungsu(at)gmail(dot)com ��Terima kasih��
Cari Blog Ini
BPN
BPN
Logo Komunitas BRT Network
Bplus
Bplus
Bloggerhub
Bloggerhub
KEB
KEB
MBC
MBC
KSB
KSB
Intellifluence
Intellifluence
Postingan Terpopuler Tahun Ini