Langsung ke konten utama

Sustainable Construction: Carbon Net Zero untuk Bumi Lestari

Atap dingin dan green building atau sustainable construction, menjadi pokok bahasan yang seharusnya tidak terlewatkan. Pasalnya permasalahan terkait menjaga agar lingkungan senantiasa lestari dan mengurangi emisi karbon, tidak hanya dengan meminimalisir sampah plastik dan menanam pepohonan saja, melainkan juga dilengkapi dengan penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan.

seminar sustainable construction green building

Atas hal itu, saya pun bersemangat mengikuti Sustainable Construction Series: SEMINAR EPISODE1 - Carbon Net Zero Mainstreaming Construction in Indonesia, yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang pada tanggal 5 Juli 2023.

sustainable construction cara agar carbon net zero
Para pembicara di acara Sustainable Construction Series: SEMINAR EPISODE 1 - Carbon Net Zero Mainstreaming Construction in Indonesia 
(dok. fennibungsu.com)

Dampak Emisi Gas Rumah Kaca

Rutinitas yang kita lakukan sehari-hari baik itu di rumah, dalam perjalanan, di tempat kerja, di sekolah maupun di mana saja dapat menyumbang jejak karbon. Paling dekat dengan aktivitas kita khususnya ketika sedang berada di tempat kerja yaitu penggunaan listrik untuk mengoperasikan komputer, lampu yang menyala, mesin absen, dan sebagainya.

Aktivitas di atas yang terus menerus berkelanjutan, tanpa disadari telah turut menyumbang terjadinya gas emisi karbon. Terlebih lagi bila material bangunan dari gedung-gedung yang ada di Indonesia ini bukan terbuat dari bahan yang ramah lingkungan, tentunya emisi gas rumah kaca semakin besar. Dampak signifikan yang tengah kita rasakan adalah pemanasan global dan perubahan iklim yang tidak stabil. Oleh karenanya banyak upaya yang dilakukan dan dianjurkan bagi perusahaan untuk mengantisipasinya agar net zero bisa tercapai.

green building Octavianus Bramantya, S.Kom General Manager KADIN Net Zero
Bapak Octavianus Bramantya, S.Kom General Manager KADIN Net Zero (dok. fennibungsu.com)

Net zero merupakan kegiatan manusia (termasuk aktivitas perusahaan) yang perlu diimbangi pengurangan emisi dari aktivitas tersebut.” Terang Bapak Octavianus Bramantya, S.Kom General Manager KADIN Net Zero dalam acara Sustainable Construction Series: Seminar Episode 1

Lebih lanjut diterangkan oleh Bapak Octavianus Bramantya, bahwa cara penerapan net zero bagi corporate bisa dilakukan dengan:

  • Green house protocol: mengklasifikasikan pengukuran Gas Rumah Kaca
  • Science based target: merencanakan target misal dalam setahun harus ada yang terpenuhi
  • Task Force on Climate-related Financial Disclosures: dimana perusahaan mengungkapkan strategi dan targetnya kepada publik tentang governance mereka.

Upaya Atasi Gas Rumah Kaca dengan Green Building

Untuk bersama-sama atasi gas rumah kaca, Indonesia pun turut menjadi anggota U.S.Green Building Council yang perwakilannya melalui Green Building Council Indonesia. Lebih dari 100 bangunan bersertifikasi green building di Indonesia. Dan lebih dari 200 proyek green building sedang dilakukan di Indonesia.

sertifikasi green building Yodi Danusastro, GP Founder & Direktur Yodaya Hijau Bestari
Bapak Yodi Danusastro, GP Founder & Direktur Yodaya Hijau Bestari (dok. fennibungsu.com)

Pelaksanaan green building adalah penggunaan bahan bangunan yang ketentuannya sesuai standard Greenship, USGBC (U.S. Green Building Council), Bangunan Gedung Hijau, Edge (Excellence in Design for Greater Efficient).” Ungkap Bapak Yodi Danusastro, GP Founder & Direktur Yodaya Hijau Bestari.

Kalau disimpulkan, standar green building setidaknya terdapat 5 aspek yaitu:

  • Lahan hijaunya ada tanamannya ada apa saja.
  • Efisiensi energi tentang bagaimana nantinya bangunan tersebut saat operasional.
  • Bagaimana cara efiesiensi air bersih
  • Bagaimana kesehatan manusia di dalamnya
  • Material bahan bangunan dipilih sesuai target green building yang dilihat tidak hanya harganya bersahabat, tetati juga kualitas bahannya, kelengkapan dokumen resmi, dan yang pasti ramah lingkungan.

Konsep green building ini sangat diharapkan agar emisi gas rumah kaca bisa diatasi. Meski begitu, bukan berarti karena fokus utama adalah net zero emisi lalu mengabaikan perekonomian. Sebisa mungkin dapat berimbang dilakukan.

Sebagaimana tertuang dalam UU No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, bahwa konsep industri hijau yaitu industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, sehingga mampu menyelaraskan antara pembangunan industri dengan pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan memberi manfaat bagi masyarakat.

green building indonesia Ir. Herman Supriadi, MM Kepala Pusat Industri Hijau (PIH), Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI)
Bapak Ir. Herman Supriadi, MM Kepala Pusat Industri Hijau (PIH), Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) - (dok. fennibungsu.com)

Harus selaras antara pelestarian lingkungan dengan kegiatan ekonomi. Sehingga untuk penurunan emisi gas rumah kaca dengan cara efisiensi dalam energi, material, bahan baku alternatif, dan pemilihan teknologi produk.” Jelas Bapak Ir. Herman Supriadi, MM Kepala Pusat Industri Hijau (PIH), Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Keynote dari Kementerian Perindustrian pada kesempatan yang sama.

Konsep Green Building dengan Penggunaan Atap Dingin

Pernah tidak kamu merasakan, walau sudah malam mengapa cuaca masih saja terasa panas? Padahal biasanya malam hari suhu akan turun, sehingga dingin yang terasa. Nah, Ibu Dr. Eng. Beta Paramita Asisten Prof. Prodi Arsitektur Univ Pendidikan Indonesia (UPI) dan Founder BeCool Indonesia, melakukan pengukuran di 5 tempat di Bandung (North, East, South, West, and BMKG), ketika jam 6 pagi matahari mulai naik suhunya 18derajat. Lalu saat jam 6 sore matahari turun, seharusnya suhu pun juga turun, akan tetapi malah terpantau 26 derajat.

Kemudian dipantau kembali pada jam 11 malam suhu pun belum juga turun. Di sinilah panas terkumpul di permukaan wilayah tersebut, yang kemudian disebut dengan Urban Heat Island. Ini baru di Bandung, maka bisa dibayangkan bagaimana di kota lain?

green building coating atap Dr. Eng. Beta Paramita Asisten Prof. Prodi Arsitektur Univ Pendidikan Indonesia
Ibu Dr. Eng. Beta Paramita Asisten Prof. Prodi Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Founder BeCool Indonesia (dok. fennibungsu.com)

Ketika matahari mengenai permukaan bangunan kalau menggunakan material low albedo maka akan terjadi panas dan terpantul sebagian (short wave). Jika dengan high albedo bisa merefleksikan panas matahari ke luar permukaan (low wave)." Terang Ibu Dr. Eng. Beta Paramita Asisten Prof. Prodi Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Founder BeCool Indonesia.

Baca Juga: Resolusi Bidang Properti untuk Milenial

Dari situlah dianjurkan menggunakan teknologi High Albedo untuk memitigasi pemanasan global, karena di Indonesia yang digunakan adalah low albedo. Teknologi tersebut diterapkan pada atap dingin (cool roof) atau Atap Albedo Tinggi. Tujuannya untuk mengurangi suhu udara sekitar, mencegah panas yang mengumpul di permukaan, dan membantu mengurangi dampak perubahan iklim.

vice presiden tatalogam lestari saat ini
Bapak Stephanus Koeswandi selaku Vice President PT Tatalogam Lestari (dok. fennibungsu.com)

Dukungan PT Tatalogam Lestari untuk Atap Ramah Lingkungan

Dukungan untuk sustainable construction dilakukan oleh PT Tatalogam Lestari melalui PT Tata Metal Lestari yang menerapkan cat (coating) ramah lingkungan atau high reflective paint pada atap sehingga dapat membantu menurunkan suhu panas dan mengantisipasi terjadinya Urban Heat Island.

produk dan harga tata metal lestari
produk-produk PT Tata Metal Lestari (dok. fennibungsu.com)

cool roof produk tatalogam lestari atap metal

Sebagai perusahaan genteng metal dan baja ringan terbaik di Indonesia PT Tatalogam Lestari terus mengembangkan inovasinya dalam pengadaan produk-produk ramah lingkungan, terbukti dengan mendapatkan ISO9001-2015, sertifikasi untuk Quality Management System sejak tahun 2003.

Produk yang dihadirkan oleh perusahaan yang dipimpin oleh Bapak Stephanus Koeswandi selaku Vice President ini, beberapa diantaranya seperti atap metal, genteng metal, baja ringan, Domus membangun rumah permanen tipe 21 dalam 5 hari, bondek floordeck SiMantap, dan Bangunan Kuat Cepat.

Baca Juga: Tatalogam Lestari di Infrastructure Connect 2022

Konklusi

Di bidang industri negara kita termasuk salah satu dari 10 negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Tentunya upaya untuk net zero emisi ini bisa dilakukan dengan menerapkannya di segala bidang, khususnya green building. Apalagi tiap negara memberikan kontribusi untuk menurunkan gas emisi rumah kaca dan pelestarian lingkungan dalam bentuk Nationaly Determined Contribution (NDC). Pemerintah kita pun memiliki target NDC 2030 yaitu 32% menuju karbon netral tahun 2060 atau lebih cepat.

tatalogam lestari Ir. Nicodemus Daud, M.Si Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (DJBK)
Bapak Ir. Nicodemus Daud, M.Si Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (DJBK) - (dok. fennibungsu.com)

Teman-teman dari industri jangan takut dan jangan bimbang dengan target yang ada, karena pasti terjadi. Kita dapat bekerjasama mewujudkan green building,” terang Bapak Ir. Nicodemus Daud, M.Si Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (DJBK), Keynote dari Kementerian PUPR.

sustainable construction Tatalogam lestari
booth Tatalogam Group di Hall 6 ICE BSD (dok. Kak Hana Ritonga)

Ya, dengan jalinan kolaborasi semua pihak dan penerapan konstruksi berkelanjutan maka kita dapat menekan emisi karbon alias tercapainya net zero emission. Bahkan bukan tidak mungkin pula meningkatnya implementasi energi terbarukan serta tersedianya lapangan pekerjaan hijau (green employment). Yuk bisa yuk, carbon net zero untuk bumi lestari. 

Komentar

Okti Li mengatakan…
Segala sesuatu hal yang mengurangi emisi karbon saat ini sangat menarik bagi pecinta lingkungan dan pegiat kelestarian bumi. Saya salut dengan ini
Okti Li mengatakan…
Segala sesuatu hal yang mengurangi emisi karbon saat ini sangat menarik bagi pecinta lingkungan dan pegiat kelestarian bumi. Saya salut dengan ini
Haryadi Yansyah mengatakan…
100 gedung berkonsep green building di Indonesia bisa dibilang besar (apalagi 200 lainnya sedang diterapkan) tapi mengingat Indonesia ini gede banget jadi masih belum cukup. Semoga ke depan akan makin banyak gedung yang menerapkan konsep serupa.

Pernah liat reels di Singapura ada gedung dengan "lapisan" tanaman. Tadinya aku kira akan model begitu ternyata nggak ya. Seneng juga dengan adanya sustainable construction tanpa karbon gini. Semoga bumi semakin baik ke depan.
nurul rahma mengatakan…
ini hal baik yang kudu kita dukung!
karena siapapun harus ambil peran.
demi bumi makin lestari
Adi mengatakan…
Pemaparan yang bagus sekali. Memang teknologi sekarang bisa bermata dua, tetapi ayo kita dukung green tech untuk mencapai net zero emmision. Thanks for sharing.
Adi mengatakan…
Pemaparan yang bagus sekali. Memang teknologi sekarang bisa bermata dua, tetapi ayo kita dukung green tech untuk mencapai net zero emmision. Thanks for sharing.
Bambang Irwanto mengatakan…
Soal mendukung lingkungan ini, ternyata memang luas ya, Mbak. jadi tidak sekadar membuang sampah, tidak menebang hutan, tapi juga bisa menggunakan bahan-bahan bangunan yang ramah lingkungan. Jadi tidak hanya mendukung kelestarian lingkungan, tapi merasakan manfaatnya dari penggunaan ramah lingkungan itu.
Taumy mengatakan…
Teknologi ramah lingkungan sudah merambah berbagai jenis industri saat ini karena memang peduli akan kelangsungan masa depan bumi kita. Termasuk yang dilakukan oleh PT Tatalogam.
Annie Nugraha mengatakan…
SUSTAINABLE CONSTRUCTIONS. Konsep yang betul-betul sangat saya dukung. Apalagi di tengah kondisi iklim yang tak menentu dan perkembangan kondisi lingkungan, konsep ini tentunya pas untuk benar-benar kita lakukan. Membangun rumah yang ramah lingkungan, memanfaatkan sumber/bahan bangunan yang nyaman dan aman, serta kondisi lingkungan rumah yang terus terjaga.
Maria G Soemitro mengatakan…
Tulisan yang bagus
Bagi pemilik bangunan, konstruksi green building mungkin lebih mahal dalam jangka pendek, namun murah dalam jangka panjang karena sustainable

Untuk bumi, green building mengurangi emisi karbon sehingga bisa menekan "biaya lingkungan"
Geng Ambil Remot mengatakan…
Baru nih aku belajar kalau sebenarnya atap bangunan itu bisa bikin suhu udara ikut naik karena pantulan panas yang dihasilkannya. Ternyata dalam memilih bahan atap yang high albedo juga bisa bantu lingkungan sekitar tetap terjaga termasuk mengurangi naiknya suhu di kawasan perkotaan atau tempat tinggal ya. Senang mampir ke sini jadi ada pengetahuan baru. Makasih banyak ya, Kak Fenni.
Wahid Priyono mengatakan…
Konsep sustainable memang sedang digandrungi oleh perusahaan-perusahaan di seluruh Indonesia. Memang penting sekali konsep ini diterapkan mengingat kini bumi yang kita huni sedang tidak baik. Ada banyak sekali gas-gas karbon yang sudah menyelimuti bumi dan perlu dikurangi.
Dian Restu Agustina mengatakan…
Carbon net zero untuk bumi lestari akan terwujud berkat kolaborasi semua pihak. Termasuk dari dukungan industri seperti PT Tatalogam Lestari dengan produk-produk ramah lingkungannya.
GE MAULANI mengatakan…
Keren ya mbak inovasi dari PT Tatalogam Lestari ini. Semoga net zero emision perlahan-llahan bisa tercapai. Karena ternyata di Indonesia udah ada lebih dari 100 bangunan green building dan ada 200 proyek green building yang sedang berjalan
YSalma mengatakan…
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi karbon, salah satunya dengan menggunakan produk ramah lingkungan seperti produksi PT Tatalogam Lestari untuk hunian, gedung dengan konsep green building.
deamerina mengatakan…
setujuuuu. green building ini emang penting banget buat mencegah perubahan iklim. karena pembangunan termasuk salah satu yang lajunya cepat dan untuk jangka panjang. aku sendiir tinggal di rumah lama yang kurang begtu ramah lingkungan terutama ventilasi cahaya. jadi kerasa banget boros listriknya
lendyagasshi mengatakan…
Aku kagum banget karena kini banyak pihak sudah memerhatikan sedetil carbon Net Zero dari mulai Green buiding hingga green employment. Jadi semua bisa bersinergi, sejalan bersama.
Okti Li mengatakan…
Penggunaan listrik di rumah secara tidak langsung sudah membawa dampak ya. Meminimalisir penggunaan, sebagai upaya menghemat energi hanya itu sih yang bisa saya lakukan
Semoga saja meski sederhana, ada membawa perubahan juga
hani mengatakan…
Green Building memang bener, sebisa mungkin hemat energi, efisiensi air bersih, dan memilih material bangunan yang mendukung konsep Green Building.
Bagus nih kalau atapnya bisa bikin adem bangunan, kan engga perlu AC...
Alfida Husna mengatakan…
Wah sustainable ini lagi banyak yang mengkampanyekan ya mbak. Ternyata ada juga sustainable di ranah kontruksi. Bagaimana pun tetap harus seimbang dengan kegiatan ekonomi yaa,aku setuju sih jadi green building dapet, untungnya juga dapet, hehe.

Yonal Regen mengatakan…
Senang rasanya membaca artikel tentang banyaknya pihak yang turut andil dalam menjaga alam ini, termasuk dalam bidang konstruksi. Dengan turut sertanya semua pihak, tidak mustahil kita dapat mengejar cita-cita net zero carbon ke depannya
lendyagasshi mengatakan…
Aku pernah ikutan seminar yang membahas mengenai green building untuk mengurangi jejak karbon sebuah bangunan yang dibangun. Ternyata ini detail sekali yaa.. Bukan hanya dari designya yang ramah lingkungan, tetapi juga dari mulai saat pembangunannya. Dari mana bahan bangunan tersebut diperoleh dan berapa biaya serta jarak tempuh untuk mengangkut bahan tersebut hingga sampai ke lokasi proyek Green Building.

Keren yaah..
Semoga dengan banyaknya perhatian mengenai Green Building, para pengusaha bisa lebih memilih produk dalam negeri ketimbang produk luar negeri yang tentunya menghasilkan jejak karbon lebih besar.
Han mengatakan…
keren banget ini PT nyaa, tatalogam lestari ngangkat konsep kek gini, ngga banyak lho perusahaan yang mau sustain kek gini
Mita Oktavia mengatakan…
Sedih juga pas tau kalau negara kita termasuk dalam penghasil emisi karbon terbesar :(

Cuma untungnya sekarang pelan2 kita udah lebih sadar terhadap dampak dari emisi karbon ke pemanasan global. Salah satunya soal pembangunan hijau yang ramah lingkungan juga. Ternyata dari pemilihan bahan2nya juga berpengaruh ya, Kak Fenni. Pantas saja tiap rumah tuh kadang juga beda2. Ada yg hawanya bisa panas banget ada yg adem juga. Memang perlu dterapkan pembangunan yang ramah lingkungan agar tak cuma membuat penghuninya nyaman, tapi berdampak baik juga bagi Bumi
Tria TR mengatakan…
Masuk 10 besar ... berarti nggak main-main nih emisi karbon di negara kita :( Btw, sebagai warga Bandung sejak tahun 90an. terasa banget perubahan suhu di kota ini. Bandung tak sedingin dulu.
April Hatni mengatakan…
Webinar seperti ini sepertinya perlu diagendakan secara berkala. Karena sangat penting untuk menambah pemahaman masyarakat sekaligus mengedukasi.
ANGGITA RAMANI mengatakan…
Green building ini menarik karena secara aestetik juga mendukung gedung tersebut tampak cantik selain punya fungsi meredam dampak pemanasan global
Nita mengatakan…
Emisi carbon menjadi salah satu penyebab udara di bumi terus memanas ya, kak. Duh Bandung aja akhir2 ini sudah terasa sangat panas, padahal dulu waktu kecil, ga sanggup kalau harus mandi pagi di Antapani. Sekarang Antapani sudah panas. Semoga dengan mendisiplinkan diri kita bisa mencapai carbon net zero. Yuk ah bisa.
Didik Purwanto mengatakan…
Lagi marak banget sih genteng metal dan baja ringan. Pemasangannya mudah. Yang lebih penting, genteng tersebut lebih awet dan tahan lama.

Gpp mahal dikit tp bs dipakai selama bertahun2. Daripada murah, tp tiap tahun hrs ganti genteng. Ya boncos juga sih klo gt.
Triani Retno A mengatakan…
Sebenernya, kalau kita menerapkan konsep ramah alam (termasuk dalam pemilihan bahan bangunan), alam juga akan ramah pada kita. Udah terbukti kan, kalo kita semena-mena pada alam, alam pun membalas dengan caranya sendiri.
Deeva Collection mengatakan…
Di tengah kondisi iklim seperti saat ini,green building memang sudah harus dilakukan oleh semua perusahaan, khususnya yang berada di kota-kota besar dan pada umumnya oleh semua pelaku usaha. Untuk mewujudkan ga bisa sendiri butuh kolaborasi bersama mereka yang sudah ahli di bidangnya, seperti PT.Tatalogam Lestari
Ranggi's Travel Story mengatakan…
Bagus buat menjaga bumi supaya tidak tambah rusak, semoga semakin banyak produk-produk ramah lingkungan dan banyak pemilik bangunan yang menerapkan sistem ramah lingkungan juga...(gusti yeni)
GE MAULANI mengatakan…
Iya juga ya kak, kadang aku pun tak sadar kalau menyalakan listrik, dan barang elektronik tuh menyumbang emisi karbon ya kak. Saya salut dengan PT Tatalogam Lestari yang terus berinovasi membuat atap rumah yang ramah lingkungan.
Shinta Shyntako mengatakan…
green living lifestyle tuh memang lagi di suarakan dimana2 ya fen, semoga sih kita semua bisa ikut berpartisipasi demi terwujudnya carbon net zero
Muhammad Rifqi Saifudin mengatakan…
Tiap lapisan masyarakat memang harus berkontribusi agar target carbon net zero ini bisa tercapai, salah satunya yang bisa dilakukan developer bangunan membuat green building ini, kita sebagai masyarakat bisa juga lewat tindakan-tindakan kecil kita