Melihat tentang Qurban Dari Sisi yang Lain (Sosial) -- Kehidupan kita tidak akan pernah jauh dari bersosialisasi dengan masyarakat. Sunatullah-nya kita sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga dukungan dan bantuan perlu diberikan karena pasti bermakna kepada yang menerimanya. Disitulah kita perlu untuk selalu gelorakan semangat menjawab panggilan jaman dengan saling membantu.
Semangat Membantu Untuk yang Memang Butuh
Semangat untuk membantu yang membutuhkan, berarti kita berkurban dalam hal waktu, tenaga dan mungkin juga harta. Namun begitu, perlu juga untuk melihat kondisi dan penyesuaian.
Maksudnya adalah, berikan memang yang sesuai dengan kebutuhan, agar tidak mubazir dan tepat sasaran. Contohnya seperti di masa pandemi ini, dengan memberikan paket bantuan apd atau bantuan rapid test kit. Dapat pula dengan melihat apa diperlukan bagi seseorang misalnya bantuan bahan makanan, maka berikanlah bahan makanan yang masih segar, bagus kualitasnya, dan bila ada tanggal kadaluarsanya usahakan yang masih lama waktunya.
Mengapa sih harus memiliki rasa solidaritas? Apakah nantinya akan berimbas juga kepada diri kita?
Mungkin pertanyaan tersebut pernah hadir dalam benak siapa saja. Kok ya lagi jaman susah seperti ini perlu gitu harus ada rasa solid? Padahal rasa solid tersebut akan balik lagi ke diri kitanya, sebagaimana pepatah mengatakan,
"Siapa yang menabur benih, dia yang akan menuainya,"
Jadi bila yang kita tabur adalah benih yang baik, tentu saja kebajikan pula yang akan menghampiri kita. Begitu juga sebaliknya.
Apa Harus Berubah Pikiran, Ketika..
Ah tapi, nggak juga tuh kebaikan harus selalu dibalas dengan yang baik. Bisa aja kok dibalas dengan yang kurang atau tidak bagus, seperti pepatah pula yang juga mengatakan,
"Air susu dibalas dengan air tuba".
Maka perlukah untuk berubah pikiran, yang tadinya berniat ingin berbagi menjadi tidak jadi berdonasi? -> Hmm, bagaimana menurut teman-teman? Bisa sampaikan di kolom komentar ya.
Lanjut lagi, Itulah lika-liku kehidupan, kalau dalam pelajaran bahasa terdapat bukan hanya ada sinonim (baik = bagus), tapi juga ada antonim-nya, yaitu baik >< buruk. Bila setelah berbuat baik lantas dibalas dengan keburukan, percayalah ada Yang Maha Baik yang mengetahui niat baik kita. DIA tidak akan membiarkan hambanya berlara hati, karena berbuat kebajikan pasti berdampak baik kembali kepada si pemberinya.
Tentang Berqurban dari Sisi yang Lain
Nah bertepatan dengan esok Hari Raya Idul Adha atau lebaran Qurban, kita pun bisa saling berbagi karena dalam lebaran Qurban terdapat makna mendalam tentang kehidupan sosial.
Bila membicarakan sejarah tentang filosofi Qurban, pastinya teman-teman sudah paham dan hapal akan kisah bermakna antara sosok Nabi Ibrahim as dengan Nabi Ismail as. Namun di sini, saya akan membicarakan tentang hal yang lain dari makna berqurban.
Baca Juga: Superqurban itu Apa?
Dari Qurban tidak hanya mengajarkan kita untuk ikhlas memberi yang baik, tetapi juga tentang bahu-membahu dalam hal positif. Misalnya, si A telah niat ingin berqurban, hanya saja dana yang ada belum cukup bila harus satu ekor sapi. Eh tak dinyana, ada 6 orang lainnya yang juga dalam kondisi seperti si A tersebut. Nah, kemudahan pun diraih dengan cara A dan 6 orang lainnya patungan satu ekor sapi. Dengan begitu, rasa tolong-menolong terwujud indah karena niat untuk berqurban sama-sama terwujud.
[Baca Juga: Tentang Zakat, Infaq, dan Sodaqoh]
Oleh karenanya kita dapat meningkatkan kepedulian sosial dengan donasi, berqurban maupun wakaf. Berqurban-lah dengan hal yang baik, begitupun saat berdonasi, maka teruslah untuk berbuat hal yang bermanfaat hanya karena-NYA.
Jadi yuk gotong royong untuk hal yang baik, agar lebih terasa mudah dijalani. Terlebih lagi saat ini, asa untuk negeri dengan saling berbagi, semoga dapat memberikan semangat untuk kita semua agar dapat bangkit di tengah pandemi ini.
Sedih rasanya tahun ini... Yang berqurban tidak banyak. Mungkin berkaitan dengan pemasukan yang terpangkas efek pandemi. Semoga dimudahkan berbagi. Aku pun belum berqurban 🥺
BalasHapusSetuju nih dengan kalimat "siapa yang menabur benih, dia yang menuainya", jadi hal kebaikan apapun yang kita lakukan Insya Allah juga mendapatkan kebaikan juga entah itu dari mana asalnya, yang penting tetap disyukuri. Bicara soal sedekah gak harus dengan daging kurban ya tapi bisa bentuk lainnya terutama yang dibutuhkan.
BalasHapusBanyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari berkurban ini, ya, mbak. Semoga kita selalu dilimpahkan rezeki untuk bisa rutin berkurban, amin..
BalasHapusMasyaAllah banyak banget hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari makna berqurban ini ya mbak
BalasHapusSetuju. Qurban bukan tentang pelajaran ikhlas saja, tapi juga belajar tentang melepas kepemilikan harta yg kita punya utk berqurban. Nah, ternyata secara sosial juga banyak pembelajarannya ya kak.. Menyembelih hewan juga kan butuh massa. Jadi sekalian deh orang kampung pada ngumpul ya. Jadi makin akrab sesama tetangga.. Ini kalau kondisinya lagi nggak pandemi. Kalau belum mampu berqurban kita pun masih bisa donasi utk yg membutuhkan. 🤗🤗
BalasHapusBener mba, ditempat saya juga diadakan patungan satu ekor sapi untuk 6-7 orang. Alhamdulillah jadi terbantu sekali. Semoga niat solidaritas seperti ini bisa terus terpupuk sampai generasi berikutnya.
BalasHapusbagiku makna berkurban adalah mengajak kita untuk bosa sabar dan ikhlas dgn segala ketetapan Allah, seperti kisah Nabi Ibrahim
BalasHapusGotong royomng untuk melakukan kebaikan ya mbak. BerQurban itu jadi salah satu hal yang bisa meningkatkan taqwa kita.
BalasHapusYang aku yakini saat kita berbuat kebaikan, pasti kebaikan pula yang akan kembali pada kita mba dan bisa lewat jalan mana saja. Bisa jadi misal kita baik sama si A tapi belum tentu si A juga melakukan hal yang sama dengan kita. Tapi tenang, kebaikan kita itu nggak akan pernah sia sia, Pasti akan dibayar lunas oleh Allah walau dari jalan yang lain.
BalasHapusbener banget, berqurban yang pertama adalah rasa ikhlas dan juga menguatkan rasa saling tolong menolong terhada sesama.
BalasHapusDi dalam Islam, segala sesuatu ada maqom-maqomnya. Ada tempat, waktu dan batasan hisab serta lainnya. Qurban ada masa dan waktunya. Berinfak, sodaqoh dan wakaf juga ada ketentuannya. Namun ada juga tingkat urgensinya. Lebih melihat kepada maslahat dan mudorot juga. Mana yang lebih didahulukan.
BalasHapusSaat Hari Raya Qurban aku sekeluarga lagi isoman. Masya Allah sampai terharu sekali...bantuan berdatangan bahkan sampai sekarang. Aneka bahan makanan, makanan matang, herbal, vitamin.....dari tetangga, teman, kerabat. Beneran membuat kami semangat untuk sehat lagi.
BalasHapusindahnya berbagi dalam kebersamaan ya... hari raya qurban mengajarkan tentang keikhlasan dengan makna yang luas
BalasHapusSoal kebaikan dibalas dengan keburukan, dan diibaratkan air susu dibalas air tuba, saya pikir, kita cukup tahu tuba-nya, tanpa perlu ikut membalas dengan tuba. Karena berbuat baik itu letaknya pada keikhlasan, jadi jangan berhenti meskipun mendapat tuba. Allah Maha Tahu dan kita tahu tidak ada yang sia-sia dalam berbuat baik :)
BalasHapusJujur saya mendapat pemahaman yang sangat positif dari tulisan ini. Ternyata berkurban bukan hanya tentang menjalankan kewajiban, melainkan bentuk lain dari hidup bersosialisasi juga. Terima kasih atas pencerahannya ya, Mbak.
BalasHapusBerqurban, bersedekah dan ibadah lain harus diajarkan sejak dini. Bahkan dipaksa. Insyaallaah sampai dewasa jadi kebiasaan gemar berbagi.
BalasHapusSemoga pandemi ini tidak menumpulkan hati kita hingga takut berbagi ya mba dan semoga Allah tetap melapangkan rezeki kita hingga kita bisa lebih banyak berbagi lagi contohnya dengan berdonasi atau berkurban ini
BalasHapusustaz di pengajian saya pernah memberi tausiah
BalasHapusjangan hanya bisa qurban tapi sehari-hari gak mau berkorban, gak mau mengalah, gak mau mengantri
nah apalagi di masa pandemi ya? Esensi berqurban harus disesuaikan
Tahun tahun ini memang berat ya. Tp Alhamdulillah buat yg diberi kelapangan rezeki tetap bs berkurban ya
BalasHapusPatungan alias gotong royong dan saling membantu sudah jadi ciri khas masyarakat Indonesia memang. Kearifan lokal yang harus kita jaga dan lestarikan, karena bukan hanya mengandung nilai kebaikan, tapi juga makna dalam terkait keikhlasan dan saling menolong
BalasHapussetiap hari raya Iduladha, kita selalu bisa mengambil hikmah dari kisah nabi Ibrahim ya mbak
BalasHapusrela melepaskan apa yg dicintainya
qurban ini memang melihat dari sisi solidaritas ya mbak.Saya kadang sedih dengan antrian untuk mendapatkan daging qurban. Berapa pun banyaknnya diberi daging, mereka yg kurang mampu tetap bahagia
BalasHapusSemoga semakin banyak orang yang wakaf dan berkurban demi kemaslahatan umat banyak.
BalasHapusGotong royong memang sangat diperlukan agar lebih mudah, naqmun tahun ini aku belum bisa berkurban dan berwakaf, semoga tahun yang akan datang diberi rejeki untuk berkurban
BalasHapusAda banyak hikmah dan juga pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim dan nabi Ismail melaksanakan perintah Allah untuk melakukan kurban
BalasHapusmakna berkurban di masa pandemi ini artinya kita bisa gotong royong saling membantu sesama ya Fen, jadi yang membutuhkan bisa merasakan terbantu oleh yang berkelebihan yaa
BalasHapusQurban mengajarkan aspek selain ibadah ialah sosial dengan sesama, peduli jika memiliki anugrah harta dengan lainnya
BalasHapusGotong royong dan kebersamaan memang kerasa banget dalam ibadah qurban ini. Apalagi di masa pandemi kayak sekarang. Di mana semakin banyak orang yang membutuhkan makanan. Pastinya makan daging semakin jarang. Sedih sekali, kurban tahun ini juga semakin sedikit. Semoga pandemi lekas berlalu. Semoga semua orang kembali bisa seperti sediakala. Ekonomi bisa naik lagi. :'(
BalasHapusSebagai sesama wajib ya berbagi dengan yang lain sesuai dg kemampuan kita
BalasHapusYang aku pahami dari berqurban adalah merayakan kebaikan dengan berbagj.
BalasHapus